FREEDOM WRITERS
Oleh
SUKARNO HADI
15100005
JURUSAN
ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
HAMZANWADI
SELONG
2015/2016
RESENSI
FILM THE FREEDOM WRITERS
The freedom writers adalah sebuah film yang disutradari oleh
Richard Lagravenes dan diproduksi oleh Paramount Pictures pada tahun 2007.
Sebuah film yang diambil dari suatu kisah nyata, film ini dibuat berdasarkan
buku harian murid-murid di ruang 203 Woodrow wilson high school. Film ini
menceritakan tentang perjuangan seorang guru Bahasa Inggris di wilayah New port
beach, Mrs. Gruwell. Ia memberikan semangat belajar pada anak-anak yang berada
dikelas khusus. Mereka merupakan korban dari perkelahian antargeng rasial.
Kisah ini dimulai dari niat Erin Gruwell yang mulia, ia
memberikan pendidikan yang layak kepada murid-muridnya. Niat yang mulia itu pun
membuahkan hasil.Murid-muridnya menjadi penulis pada sebuah komunitas yang
bernama freedom writers. Semua 150 freedom writers yang lulus dari Woodrow
wilson high school, banyak diantaranya mampu melanjutkan kuliah. Freedom
Writers ini banyak mengumpulkan liputan media, termasuk diantaranya adalah
penampilan di "PrimeTime Live", "The View" dan "Good
Morning America".
Pada tahun 1998, Gruwell meninggalkan Wilson High School
untuk menjadi dosen di California State University, Long Beach.Gruwell yang
kemudian melanjutkan untuk memulai Freedom Writers Foundation, bercita-cita
untuk menyebarkan metode Freedom Writers di seluruh negeri. Harapannya adalah
semua para calon guru bisa belajar dari pengalamannya dan menemukan cara untuk
menginspirasi para siswa yang kurang beruntung lainnya, seperti apa yang
dihadapinya. Freedom Writers Diary adalah sebuah buku yang ditulis oleh Erin Gruwell
pada tahun 1999 yang merupakan dasar dari film 2007 "The Freedom
Writers" yang dibintangi oleh Hillary Swank sebagai Erin Gruwell, Patrick Dempsey sebagai Scott
Casey (Suami Erin), Mario sebagai Andre Brion. Dan juga pemeran murid-murid di
kelas Erin Gruwell merupakan sebagian besar adalah wajah-wajah baru di dunia
perfilman.Mereka belum begitu dikenal baik oleh masyarakat, Amerika Serikat
sendiri maupun masyarakat Indonesia.Namun, mereka berhasil membawakan peran
mereka masing-masing dengan sangat baik dan meyakinkan.Freedom Writers bisa
dikatakan merupakan film untuk anak-anak muda. Erin Gruwell ini telah menulis
sebuah autobiografi dari pengalamannya yang berjudul "Mengajar dengan
Hati: Pelajaran saya Dipetik dari Freedom Writers", yang diterbitkan
sekitar waktu yang sama dengan dirilisnya film ini.
Pada 1994 Erin Gruwell mulai mengajar pada kelas ruang 203
di Woodrow wilson high school di Long
Beach, California. Dia adalah seorang guru Bahasa Inggris yang ditugaskan di
antara para murid-murid dengan kemampuan terendah di sekolah, dimana
murid-muridnya tersebut sangat beragam ras. Mereka terdiri dari asia, latin,
kulit putih dan kulit hitam. Murid-murid itu pun sebenarnya tidak menginginkan
untuk bisa sekolah, namun karena kewajiban distrik dari integrasi mengakibatkan
mereka bersekolah.Sekolah Woodrow Wilson high school sendiri tadinya merupakan
sekolah yang sukses. Sekolah ini banyak
melahirkan murid-murid yang berprestasi, sebelum akhirnya terjadinya
kerusuhan antar ras di Amerika pada tahun 1992 tepatnya di Los Angles.
Kerusuhan itu mengakibatkan kurang lebih 50 orang tewas dengan kerugian US$ 1
Billion.
Pada awal kedatangan Erin Gruwell, para murid sama sekali
tidak tertarik dengan kehadirannya. Mereka sangat sentimen terhadap orang
berkulit putih.Mereka menganggap bahwa Erin Gruwell tidak mengerti apapun
mengenai kehidupan mereka yang keras, kehidupan yang selalu berada di bawah
bayang-bayang perang. Bagi mereka, kehidupan adalah bagaimana caranya mereka
”selamat” dari kekerasan. Dimana kekerasan yang sering terjadi ini mengatas
namakan “ras”.
Di saat awal ia mengajar, Erin Gruwell mengalami kesulitan
dalam menyampaikan pembelajarannya karena murid-muridnya sering berkelahi di
kelas dan di sekolah juga sering terjadi kerusuhan antargeng. Saat itu ia baru
menyadari, perang antargeng yang terjadi di kota juga terbawa sampai ke dalam
kelasnya. Di dalam kelas, murid-muridnya duduk berkelompok menurut ras
masing-masing.Tak ada seorang pun yang mau duduk dikelompok ras yang
berbeda.Kesalahpahaman kecil yang terjadi di dalam kelas dapat memicu
perkelahian antarras.Murid-murid Erin Gruwell bukanlah murid biasa.Mereka
disebut murid yang tidak dapat diajar serta tidak memiliki etika.Mereka adalah
anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang penuh kekerasan.Mereka dengan
ras-nya masing-masing, setiap harinya harus bertahan hidup dan mempertahankan
daerahnya masing-masing.Itu merupakan tantangan tersendiri bagi Erin Gruwell
untuk menghadapinya.
Keadaan didalam kelas mulai berubah.Saat suatu hari
beredarnya sebuah karikatur yang menggambarkan seorang black African-American
yang memiliki mulut yang tebal.Gambar itu berhubungan dengan salah satu murid
yang bernama "Sharaud", yang tampaknya bertekad untuk membuat
hidupnya sengsara. Ia telah dipindahkan ke Woodrow wilson high school dari SMA-nya yang lama.
Disana ia diduga mengancam gurunya dengan sebuah senapan. Gambar tersebut
beredar di kelas yang kemudian pada akhirnya diketahui oleh Erin Gruwell.Ia
menjadi sangat marah pada saat itu. Ia kemudian membandingkan gambar karikatur
tersebut dengan gambar karikatur orang yahudi dengan hidung besarnya. Ia
bercerita bahwa gambar itu beredar saat terjadi peristiwa Holocaust/sjoa. Namun
pada saat ditanya apa yang dimaksud Holocaust, ternyata hanya satu murid yang
tahu mengenai apa Holocaust itu (cowok berkulit putih). Berbeda saat ketika
mereka ditanya, apakah mereka pernah di tembak?hampir seluruh murid-muridnya
mengacungkan tangan keatas. Akhirnya dari kejadian itu, Erin Gruwell mengubah
caranya mengajar dengan mulai mendekati muridnya dan mengajarkan pada mereka
mengenai toleransi.
Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh Erin Gruwell.Mulai
dari pihak sekolah yang rasis, mereka tidak mendukung kreatifitas Erin Gruwell
dalam sistem mengajarnya.Hingga disusul oleh pihak suami dan ayahnya. Agar
diterima oleh murid-muridnya, Erin Gruwell mencari cara untuk melakukan
pendekatan dan metode pengajaran yang tepat. Demi murid-muridnya inilah, Erin
Gruwell sampai memiliki 3 profesi selain menjadi guru, demi mencari tambahan untuk
mengajar murid-muridnya di akhir pekan. Namun, sejak Erin Gruwell disibukkan
dengan pendekatan terhadap murid-murid didiknya dan bekerja paruh waktu, timbul
masalah baru, ia diceraikan oleh suaminya. Hingga pada akhirnya, ayahnya yang
semula tidak mendukung, berbalik mendukung pekerjaan Erin Gruwell ini.
Pihak sekolah juga melakukan diskriminasi.Mereka melakukan
seperti pemisahan kelas dan juga perbedaan fasilitas yang kentara antara ras
kulit putih dan ras-ras lainnya.Hal itu membuat Erin Gruwell sedih. Erin
Gruwell jadi paham dengan kondisi murid-muridnya, mereka selalu berkelompok dengan ras mereka
masing-masing. Akhirnya ia menemukan cara untuk “menjangkau” kehidupan
murid-muridnya dengan memberikan sebuah
jurnal harian dan meminta mereka untuk mengisi jurnal tersebut setiap
harinya. Erin Gruwell menginginkan murid-muridnya menulis setiap kejadian yang
terjadi didalam hidup mereka. Mereka bisa menulis tentang apa saja. Mereka
dapat menulis apa yang menjadi kesukaan atau pun kebencian. Mereka bisa menulis
lagu, puisi, cerita atau apa saja, yang penting mereka harus menulis setiap
hari. Tulisan tersebut bukanlah suatu sistem penilaian, karena menurut Erin
Gruwell kebenaran itu tidak dapat dinilai dari apa yang mereka tulis. Dan jika
murid-muridnya menginginkan tulisannya dibaca oleh Erin Gruwell, mereka dapat
meninggalkan buku hariannya di sebuah lemari dibelakang kelas. Lemari itu akan
selalu dibuka pada saat pelajaran berlangsung dan setelah kelas selesai akan
dikunci. Erin Gruwell memastikan tidak akan ada yang bisa membaca tulisan
mereka selain dirinya sendiri. Dan ternyata, seluruh muridnya, meninggalkan
buku harian mereka untuk bisa dibaca Erin Gruwell.Ia pun mulai membacanya satu
persatu. Dan tulisan murid-muridnya tersebut membuat Erin Gruwell terkejut,
karena ternyata murid-muridnya setiap hari harus berlarian untuk bertahan hidup
dan melawan maut yang senantiasa mengintai mereka.
Dari kecil mereka sudah terbiasa melihat dan mengalami
kekerasan akibat perang rasial yang terjadi disekitar lingkungannya.Erin
Gruwell sangat terharu, mengetahui betapa keras kehidupan murid-muridnya. Sejak
membaca jurnal harian mengenai kehidupan mereka yang keras itu, Erin semakin
bersemangat untuk mengubah kehidupan murid-muridnya, serta menghapus batas tak
terlihat yang secara kultur memisahkan mereka dengan cara-cara yang
mengagumkan. Dari buku-buku harian itu, Erin paham bahwa dia harus membuat para
muridnya sadar, bahwa perang antargeng yang mereka alami bukanlah segalanya
didunia. Melalui cara mengajarnya yang unik, dia berusaha membuat para muridnya
sadar bahwa dengan pendidikan, mereka dapat mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pihak sekolah juga mendiskriminasikan fasilitas buku.Erin
yang pada saat itu ingin meminjam buku-buku diperpustakaan untuk murid-muridnya,
tidak mendapatkan izin dari pihak sekolah.Alasan yang diberikan oleh pihak
sekolah pun tidak masuk akal. Mereka takut jika memberikan izin, buku-buku itu
hanya akan dirusak ditangan murid-murid Erin. Namun Erin Guwell tidak mudah menyerah, ia membelikan
buku-buku baru tentang kehidupan geng yang lekat dengan keseharian mereka. Ia
mendapatkan uang dari kerja sampingannya. Setiap muridnya mendapatkan buku The Diary of Anne Frank dan
Zlata’s Diary : A Child’s Life in Sarajevo. Anne Frank adalah seorang gadis
remaja yang merupakan korban Holocaust, Anne menuliskan setiap kejadian dalam
hidupnya disebuah diary.Anne Frank dan keluarganya sampai mengungsi ke
Amsterdam Belanda, mereka menghindari kejaran dari Nazi Jerman.Peristiwa yang
terjadi adalah pembantaian terhadap kelompok Yahudi di Eropa.Peristiwa ini
merupakan perang dunia II oleh Nazi Jerman.Begitu pun juga dengan Zlata.Ia juga
harus berjibaku dengan kekerasan di sekelilingnya. Buku-buku yang digunakan
Erin Gruwell untuk mendidik murid-muridnya dalam film ini, semuanya merupakan
buku yang benar-benar ada. Erin memberikan buku-buku itu pada murid-muridnya
supaya mereka dapat belajar. Erin mengajarkan bahwa ada banyak orang lain
dibelahan bumi ini, mengalami hal yang sama bahkan lebih kejam daripada apa yang
pada saat ini mereka hadapi.
Erin juga membawa murid-muridnya mengunjungi Museum
Toleransi. Disana murid-muridnya belajar mengenai toleransi, hal ini berkaitan hidup dengan mereka yaitu beraneka
ragam suku, agama dan juga ras. Pada saat masuk setiap orang akan diberikan
sebuah foto anak kecil dan saat keluar dari museum, mereka akan mengetahui
apakah anak tersebut selamat atau mati.
Suatu hari murid-murid Erin Gruwell menginginkan untuk bisa
menghadirkan Miep Gies.Ia adalah seorang wanita yang memberikan perlindungan
kepada keluarga Anne Frank semasa perang dunia II dari kejaran Nazi Jerman.
Miep Gies masih hidup dan tinggal di Amsterdam Belanda. Untuk mendatangkan Miep
Gies dari Belanda ke Amerika, murid-muridnya mengumpulkan dana dengan membuat bazaar
di sekolahnya. Akhirnya akibat usaha keras murid-muridnya, Miep Gies pun dapat
datang ke Amerika. Sebelum mendatangkan Miep Gies, Erin Gruwell telah
menugaskan murid-muridnya untuk menulis surat ke Miep Gies. Surat-surat dari
murid-muridnya itupun telah dikirimkan Erin dan telah di baca oleh Miep Gies,
sebelum ia datang ke Amerika. Murid-muridnya akhirnya bisa bertemu langsung,
berdialog dan sharing dengan wanita itu.Apa yang dilakukan Erin sangatlah
mengagumkan. Namun sayang, peraturan disekolah mengakibatkan Murid-murid Erin
terpisah pada kelas selanjutnya. Keinginan untuk terus diajar olehnya sang guru
ditentang oleh pihak sekolah, karena Erin Gruwell dianggap masih guru baru.
Namun karena perjuangannya yang gigih, akhirnya Erin Gruwell bisa mengajar
murid-muridnya sampai akhir.
Erin Gruwell mengadakan suatu proyek.Murid-muridnya diminta
untuk menuliskan isi dari diary mereka ke komputer. Tulisan itu akan di jadikan
sebuah buku dan diterbitkan. “Murid-murid Erin” menyebut diri mereka adalah
Freedom Writers.Bahwa dengan menulis, mereka bisa merubah diri mereka sendiri,
keluarga dan lingkungan mereka, bahkan bisa merubah dunia. Bersama Erin, mereka
akhirnya membentuk sebuah yayasan bernama Freedom Writers Foundation. Yayasan
itu bergerak untuk memberikan metode pembelajaran yang lebih baik di sekolah
berdasarkan toleransi. Dari diary murid-murid ruang 203 itulah lahir buku The
Freedom Writers’s Diary dan film Freedom Writers.
Ketika saya selesai melihat film ini, saya teringat akan
film detektif conan yang mungkin sudah 2 bulan yang lalu (selang dari beberapa
waktu saya menulis ini). Untuk perinchian alur cerita dan tokoh yang ada, saya
lupa akan hal itu. Saya menontonnya pun karena suatu kesengajaan.Cerita yang
saya ingat yaitu dimulai dari seorang guru perempuan yang memberikan sebuah
teka-teki. Teka-teki tersebut harus dipecahkan oleh seluruh anak-anak yang
berada dikelas tersebut, tak terkecuali Conan dan ketiga teman akrabnya, si
manis, si tomboy dan si gendut (panggil saja seperti itu). Saya tidak terlalu
ingat bagaimana proses mereka dalam memecahkan teka-teki itu. Namun sang
detektif Conan pada waktu itu mendapat panggilan dari guru untuk keruang
kantor. Tetapi Conan masih menyempatkan memberitahu kepada tiga teman akrabnya,
bahwa teka-teki tersebut terdiri dari nama keluarga anak-anak dikelas itu. Dan
mulai disini saya merasa ada sedikit kesamaan,
proses penyatuan anak-anak tersebut dengan anak didiknya Erin Gruwell,
serta dengan caranya yang unik.
Disini guru perempuan itu mencoba untuk membuat dua anak
kelasnya tersebut dapat dikenal kembali oleh kawan-kawannya.Mereka adalah
seorang anak perempuan dengan dialek daerah asalnya yang berbeda dan seorang
anak laki-laki yang mengalami kecelakaan sehingga jarang terlihat dikelas. Pada
proses pemecahan teka-teki yang diberikan oleh guru perempuan itu, kedua anak
ini berhasil ikut andil dalam penyelesaiannya. Dan hal yang paling saya ingat
dari salah satu episode film detektif Conan ini adalah apa yang disampaikan
Conan dipengujung akhir film. Conan berkata bahwa dia merasa sangat bangga
kepada gurunya tersebut.Caranya dalam menyatukan kedua anak tadi, untuk dapat
kembali akrab dengan anak-anak yang lainnya benar-benar mengagumkan. Ceritanya
mungkin sedikit berbeda, namun maksud dari perbuatan kedua guru ini sama yaitu
membuat anak didiknya bersatu, dekat satu dengan yang lainnya.
Peran guru sangatlah penting dalam kehidupan seorang
anak.Banyak anak-anak yang menempatkan guru sebagai orang tua kedua setelah
ayah dan ibu mereka.Maka dapat disimpulkan, bahwa “The Freedom writers” adalah
sebuah film yang merupakan upaya pendekatan seorang guru kepada murid-murid
didiknya melalui tulisan sebagai media pembelajaran.Pentingnya upaya dalam
memberikan pendidikan yang tepat bagi anak-anak sangat berpengaruh. Upaya
pendekatan yang dilakukan Erin tersebut berhasil, karena jurnalharian yang ia berikan dapat membuatnya
dekat dengan murid-muridnya. “The Freedom Writers” ini memiliki alur cerita
yang mudah dipahami dan juga dialognya yang mudah dimengerti.Permasalahan-permasalah
remaja yang ditampilkan didalamnya pun juga cukup dekat dengan permasalah
remaja pada umumnya.Diantaranya yaitu pencarian jati diri dan segala
pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan untuk mengukuh-kan eksistensi diri.Semua
itu dibungkus dalam pemasalahan perang antargeng.Fakta menarik dari film ini
salah satunya, ada pada adegan saat murid-murid Erin bertemu dengan orang-orang
korban Holocaust.Yang berperan menjadi korban Holocaust benar-benar korban
Holocaust sendiri. Sutradara Richard Lagravenese tak perlu susah payah untuk
mengarahkan aktor dan aktris (pemeran murid-murid Erin), untuk dapat terlihat
tercengang saat mendengar cerita para korban Holocaust itu. Para aktor dan
aktris tersebut benar-benar tercengang mendengar cerita para korban Holocaust.
Di tengah-tengah maraknya film remaja yang ceritanya tidak jauh-jauh dari
cerita cinta, komedi atau horor, Freedom Writers bisa menjadi pilihan bagi anak
muda yang tidak sekedar ingin mencari hiburan semata, namun dapat juga
mengambil banyak pembelajaran tertentu
dari film tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
http://The Journal of Miktam Lilo's Father March 2011.html diunduh pada tanggal
10/1/2014 9:25 am
http://THE FREEDOM WRITERS~Delapan Maret.html diunduh pada
tanggal 10/1/2014 7:52 am
http://Sinopsis Film Freedom Writers_Perkuliahan.com.html
diunduh pada tanggal 10/1/2014 9:23 am
http://THE FREEDOM WRITERS DIARY (Pentingnya menemukan cara
mendidik yang tepat untuk masing-masing anak dan sekolah yang tepat baginya) -
Google Grup.htm#!overview diunduh pada tanggal 10/1/2014 9:19 am
http://tanayasyifa
Sinopsis The Freedom Writers.html diunduh pada tanggal 10/1/2014 9:26 am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar