Minggu, 24 April 2016

Makalah Bimbingan Dan Konseling

Makalah Bimbingan Dan Konseling

KATA PENGANTAR

           Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dan atas kehendak-Nya makalah ini dapat diselesaikan.
      Sholawat beriring salam, semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW manusia termulia sepanjang zaman.
      Makalah  ini sengaja dibuat penulis untuk memenuhi tugas. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mengalami kesulitan. Namun berkat bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah  ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan pembuatan makalah ini agar dapat terwujud dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari upaya lanjut untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan di masa mendatang. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Pekalongan,  4 Oktober 2013                            
                                                                                                                         
                                                                                                Penulis


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I   PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
2.1 Pengertian Bimbingan Konseling ................................................ 3
2.2 Konsep Bimbingan Konseling...................................................... 5
2.3 Tujuan, Prinsip dan Fungsi Bimbingan Konseling ...................... 7
2.4 Urgensi Bimbingan Konseling dalam Pendidikan ...................... 13
2.5 Ragam Bimbingan Menurut Masalah .......................................... 17
2.6 Ragam Layanan Bimbingan ........................................................ 21
2.7 Ragam Pendekatan Bimbingan.................................................... 26
2.8 Ragam Teknik Bimbingan............................................................ 27
2.9 Mekanisme Kegiatan Pengawasan Bimbingan Koseling Di Sekolah        31
2.10 Strategi dan Intervensi Konseling.............................................. 35
BAB III PENUTUP......................................................................................... 44
3.1 Simpulan....................................................................................... 44
3.2 Saran............................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 48


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Kebutuhan akan bimbingan konseling sangat dipegaruhi oleh faktor filosofi, psikologi, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Latar belakang filosofi  berkaitan dengan pandangan tentang hakikat manusia. Salah satu aliran filsafat yang berpengaruh besar terhadap timbulnya semangat memberikan bimbingan  adalah filsafat humanisme, yaitu bahwa manusia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Latar belakang psikologi berkaitan erat dengan proses perkembangan manusia yang sifatnya unik, berbeda dari individu lain. Implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan mengembangkan diri sesuai dengan keunikan atau tiap-tiap potensi. Dari sisi keunikan dan keragaman individu, diperlukan bimbingan untuk mencapai perkembangan yang sehat di dalam lingkungannya.
Kehidupan sosial budaya suatu masyarakat adalah sistem terbuka . Keterbukaan ini mendorong terjadinya pertumbuhan, pergeseran dan perubahan nilai dalam masyarakat yang akan mewarnai cara berpikir dan perilaku individu. Bimbingan konseling membantu individu memelihara, menginternalisasi, memperhalus dan memaknai nilai sebagai landasan dan arah pengembangan diri.
Akibat kemajuan IPTEK yang sangat pesat. Kesempatan kerja berkembang dengan cept pula sehingga para siswa memerlukan bantuan dari pembimbing untuk menyesuaikan minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia kerja ang selalu berubah dan meluas.
Pemikiran inilah yang menjadi latar belakang betapa pentingnya seorang guru mampu memahami dari bimbingan konseling yang kemudian dapat dijadikan sebagai transformasi kepada peserta didik untuk memunculkan kesadaran akan pentingnya bimbingan konseling tersebut.
1.2              Rumusan Masalah
2.1         Apa yang dimaksud dengan bimbingan konseling?
2.2         Bagaimana konsep bimbingan dan kosneling?
2.3         Apa tujuan, prinsip dan fungsi bimbingan konseling?
2.4         Apa urgensi bimbingan konseling dalam pendidikan?
2.5         Apa saja ragam bimbingan menurut masalah?
2.6         Apa saja ragam layanan bimbingan?
2.7         Apa saja ragam pendekatan bimbingan?
2.8         Apa saja ragam teknik bimbingan?
2.9         Bgaimana mekanisme kegiatan pengawasan bimbingan konseling di sekolah?
2.10     Bagaimana strategi dan intervensi konseling?
1.3              Tujuan Penulisan
3.1         Mengetahui pengertian bimbingan konseling
3.2         Mengetahui konsep bimbingan konseling
3.3         Mengetahui tujuan, prinsip dan fungsi bimbingan konseling
3.4         Mengetahui urgensi bimbingan konseling dalam pendidikan
3.5         Mengetahui ragam bimbingan konseling menurut masalah
3.6         Mengetahui ragam layanan bimbingan
3.7         Mengetahui ragam pendekatan bimbingan
3.8         Mengetahui ragam teknik bimbingan
3.9         mengetahui mekanisme kegiatan pengawasan bimbingan konseling di sekolah
3.10     Mengetahui strategi dan intervensi konseling
BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Pengertian Bimbingan Konseling
2.1.1   Pengertian Bimbingan
Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan konseling memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian, pengertian yang mereka sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan.
Definisi atau pengertian Bimbingan menurut beberapa ahli sebagai berikut :
1.      Menurut Prayitno & Erman Amti (1994:99) Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang-orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
2.      Menurut Rochman Natawidjaja (1981) Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (Winkel & Sri Hastuti 2007:29).
3.      Menurut Bimo Walgito (1982 : 11) bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang di berikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
4.      Menurut Miller (1961) menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madarasah), keluarga, dan masyarakat.
5.      Menurut Moegiadi (1970) bimbingan berarti suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal: memahami diri sendiri; menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan (Winkel & Sri Hastuti 2007:29).
6.      Donald G.Mortensen dan Alan M. Schmuller (1976) menyatakan, “Guidance may be defined as that part of the total  educational program that helps provide the personal apportunities and specializedstaff services by which each individual can develop to the fullest of his abilities and capacities in term of the democratic idea”.
2.1.2   Pengertian konseling
Definisi Konseling menurut beberapa ahli sebagai berikut :
1.      Menurut Bimo Walgito (1982:11) menyatakan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individhu dalam memecahkan masalah kehidupanya dengan wawancara, dengan cara yang sesuai dengan keadaan individhu yang dihadapinya untuk mencapai hidupnya.
2.      Menurut James P. Adam yang dikutip oleh Depdikbud (1976:19) Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu antara seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubunganya dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.
3.      Menurut Smith,dalam Shertzer & Stone,1974 , konseling merupakan suatu proses dimana konselor membantu konselor membuat interprestasi – interprestasi tetang fakta-fakta yang berhubungan dengn pilihan,rencana,atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuat.
4.      Shertzer dan Stone (1980) menyimpulkan bahwa “Counseling is an interaction process which facilitates meaningful understanding of self and environment and result in the establishment and/or clarification of goals and values of future behavior.
           Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian bimbingan konseling yaitu suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin secara mandiri.
2.2         Konsep Bimbingan dan Konseling
2.2.1   Konsep bimbingan
1.      Tujuan bimbingan
Tujuan pemberian layanan bimbingan yaitu agar individu dapat :
a.       merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier, serta kehidupannya pada masa yang akan datang.
b.      mengembangan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.
c.       menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanya.
d.      mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi.
2.      Fungsi bimbingan
a.       Fungsi pengembangan, merupakan fungsi  bimbingan dalam mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki individu.
b.      Fungsi penyaluran, merupakan fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih dan memantapkan penguasaan karier yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
c.       Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, khususnya guru/dosen, wali kelas untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan siswa. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai sisa, pembimbing dapat membatu para guru dalam memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan siswa.
3.      Prinsip-prinsip bimbingan
a.       Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapt membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
b.      Bimbingan berfokus pada individu yang dibimbing.
c.       Dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang akan dibimbing.
d.      Bimbingan harus luwes sesuai kebutuhan.
e.       Program bimbingan dalam lembaga tertentu harus sesuai dengan program pada lembaga yang bersangkutan.
f.       Dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan.
2.2.2   Konsep Konseling
1.      Tujuan Konseling
a.       Mengadakan perubahan pada diri klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan.
b.      Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif.
c.       Penyelesaian masalah.
d.      Mencapai keefektivan pribadi.
e.       Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya.
Jadi, dapat disimpulkan, kosep bimbingan meliputi : tujuan yaitu, memberi layanan terhadap klien agar dapat mengembangkan masa depannya; fungsi yaitu, fungsi pengembangan, fungsi penyaluran, fungsi adaptasi dan fungsi penyesuaian; dan prinsip.
Sedangkan konsep konseling meliputi tujuannya, yaitu agar konseli mampu memahami diri dan lingkungan, mampu membuat keputusan menyelesaikan masalah konselor.
2.3         Tujuan, Prinsip dan Fungsi Bimbingan Konseling
2.3.1   Tujuan Bimbingan Konseling
Tujuan bimbingan konseling adalah membantu idividu dalam mencapai :
1.      Membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu yang dibimbing.
2.      Membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental klien.
3.      Membantu mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya.
4.      Membantu klien menanggulangi problema hidup dan kehidupannya secara mandiri.
 Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, klien harus mendapatkan kesempatan untuk :
1.      Memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya.
2.      Mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya kearah tingkat perkembangan yang optimal.
3.      Mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.
4.      Mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang objektif tentang dirinya.
5.      Dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.
6.      Mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
7.      Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan perilaku yang tidak sesuai.
2.3.2        Prinsip Bimbingan Konseling
Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah hal-hal yang menjadi pegangan dalam proses bimbingan konseling. Prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofi tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut :
1.      Bimbingan diperuntutkan bagi semua individu (guidance is for all individuals)
Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah. Pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan daripada penyembuhan (kuratif) dan lebih diutamakan teknik kelompok daripada perseorangan (individual).
2.      Bimbingan bersifat individualisasi
Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah individu, meskipun layanan bimbingannya menggunakan kelompok.
3.      Bimbingan menekankan hal yang positif
Bimbingan merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4.       Bimbingan merupakan usaha bersama
Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru dan kepala sekolah. Mereka dalam teamwork juga terlibat dalam proses bimbingan.
5.      Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan
Bimbingan diarahkan unutk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada individu, itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi individu untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat.
6.      Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan
Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarkat pada umumnya. Bidang layanan bimbinganpun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan dan pekerjaan.
2.3.3        Fungsi Bimbingan Konseling
Dalam kelangsungan proses bimbingan konseling,  terdapat berbagai pelayanan yang sengaja diciptakan dan diselenggarakan. Keuntungan ataupun jasa yang diperoleh dari adanya suatu pelayanan merupakan hasil dari fungsi sebuah pelayanan. Suatu pelayanan dikatakan tidak akan berfungsi jika ia tidak bisa memperlihatkan kegunaan ataupun tidak bisa memberikan manfaat atau keuntungan tertentu. Dalam bimbingan konseling, fungsi bimbingan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat. Ataupun keuntungan-keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut. Berikut ini adalah beberapa fungsi bimbingan konseling, yaitu sebagia berikut :
1.      Fungsi Pemahaman
Fungsi bimbingan konseling dimana klien diharapkan mampu memahami segala potensi yang dimilikinya, lingkungan sekitar klien, serta permasalahan yang sedang dihadapinya. Fungsi pemahaman adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan klien. Pemahaman sangat perlu dihasilkan  oleh pelayanan bimbingan konseling adalah pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh klien sendiri dan oleh pihak-pihak yang akan membantu klien (konselor), serta pemahaman tentang lingkungan  klien dan klien.
2.      Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan adalah fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan terhindarnya klien dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan tertentu dalam perkembangannya. Layanan bimbingan dapat berfungsi pencegahan artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Bagi konselor profesional yang misi tugasnya dipenuhi dengan perjuangan untuk menyingkirkan berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangan individu, pencegahan tidak sekedar merupakan ide yang bagus, tetapi adalah suatu keharusan yang bersifat etis (Horner & Mc.Elhaney, 1993). Oleh karena itu pelaksanaan fungsi pencegahan bagi konselor merupakan bagian dari tugas kewajibannya yang amat penting.
Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang diberikan berupa bantuan bagi klien agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat berupa program orientasi, program bimbingan karier, inventarisasi data, dan sebagainya. Berikut ini adalah arah upaya pencegahan yang perlu dilakukan oleh konselor, yaitu:
a.         Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak negatif terhadap individu yang bersangkutan.
b.        Mendorong perbaikan kondisi pada diri pribadi klien.
c.         Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan dan mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya.
d.        Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan resiko yang besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberikan manfaat.
e.         Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.
3.      Fungsi Pengentasan
Walaupun fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun mungkin saja klien masih menghadapi masalah-masalah tertentu. Individu yang mengalami masalah akan merasa ada sesuatu yang tidak nyaman pada dirinya. Klien yang mengalami masalah akan datang pada konselor dengan tujuan untuk dituntaskannya masalah yang tidak mengenakkan dari dirinya. Di sinilah fungsi pengentasan (perbaikan) itu berperan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami klien.
Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara perorangan, sebab setiap masalah adalah unik. Masalah-masalah yang dihadapi individu yang berbeda tidak boleh disamakan. Dengan demikian penanganannyapun harus secara unik disesuaikan terhadap kondisi masing-masing dari masalah itu. Untuk itu konselor perlu memiliki ketersediaan dari berbagai bahan dan keterampilan dalam menangani berbagai masalah yang beraneka ragam.
4.    Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pemeliharan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. Pemeliharaan yang demikian itu adalah pemeliharaan yang membangun, pemeliharaan yang memperkembangkan. Oleh karena itu fungsi pemeliharaan dan pengembangan tidak dapat dipisahkan. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, fungsi pemeliharaan dan pengembangan dilaksanakan melalui berbagai pengaturan, kegiatan, dan program.
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu para klien dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal – hal yang dipandang positif dijaga agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian klien dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Jika memperhatikan kaitan anatara ketiga fungsi bimbingan dan konseling, fungsi pemeliharaan dan pengembangan tampaknya bersifat lebih umum dan dapat terkait pada ketiga fungsi lainnya. Jika dikaji lebih jauh, dapatlah dimengerti bahwa “pemeliharaan” dalam arti yang luas dan pelayanan pemuliaan manusia, khususnya bimbingan dan konseling. Dengan demikian, sewaktu konselor menjalankan fungsi pemahaman, pencegahan dan pengentasan, ia perlu menyadari bahwa pelayanan yang diberikannya itu sebenarnya juga mengemban fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Pemeliharaan dan pengembangan segenap potensi individu dalam keempat dimensi kemanusiaan.
Jadi, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan konseling memiliki tujuan untuk membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu yang dibimbing, membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental klien, membantu mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya, membantu klien menanggulangi problema hidup dan kehidupannya secara mandiri.
Bimbingan konseling juga mempunyai prinsip diantaranya adalah, bimbingan diperuntukkan bagi semua individu, bimbingan bersifat individualisasi, bimbingan menekankan hal yang positif, bimbingan merupakan usaha bersama, pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan, bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan.
Fungsi bimbingan konseling diantaranya, fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan pengembangan.
2.4         Urgensi Bimbingan Konseling dalam Pendidikan
Ada pernyataan bahwa bimbingan identik dengan pendidikan. Artinya apabila seseorang melakukan kegiatan mendidik berarti ia juga sedang membimbing, atau sebaliknya apabila seseorang melakukan aktivitas membimbing, berarti ia juga sedang mendidik. Berkenaan dengan pernyataan di atas, timbul pertanyaan : “ Mengapa pelayanan bimbingan konseling diperlukan dalam dunia pendidikan?”. Paparan berikut ini mencoba menjawab pernyataan di atas.
Ada beberapa alasan mengapa pelayanan bimbingan konseling diperlukan dalam pendidikan, diantaranya adalah :
2.4.1        Perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan khususnya dalam lingkup sekolah. Oleh karena itu,  sebagai lembaga formal, sekolah bertanggung jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu menyesuaikan diri di dalam masyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya.
proses pembelajaran di dalam kelas memiliki waktu yang terbatas. Di satu sisi pendidik dituntut untuk menyampaikan pengetahuan seluass-luasnya kepada peserta didik. Di sisi lain, sesuai fungsinya sebagai pembimbing, guru juga dituntut untuk membantu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh peserta didik dalam proses pembelajaran. Merupakan hal yang sangat sulit apabila keduanya dilakukan pada saat yang bersamaan ketika melakukan proses pembelajaran. Untuk itu perlu adanya layanan bimbingan konseling di luar kegiatan proses pembelajaran guna membantu peserta didik memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya.
2.4.2        Makna dan Fungsi Pendidikan
Kebutuhan akan layanan bimbingan konseling dalam pendidikan berkaitan erat dengan makna dan fungsi pendidikan dalam keseluruhan aspek kehidupan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya untuk membentuk manusia yang lebih berkualitas. Kualitas manusia yang dimaksud adalah pribadi yang paripurna, yaitu pribadi yang serasi, selaras dan seimbang dalam aspek spiritual, moral, sosial, intelektual, fisik dan sebagainya.
Makna dari pernyataan di atas adalah bahwa inti tujuan pendidikan adalah terwujudnya kepribadian yang optimal dari setiap peserta didik. tujuan inilah yang ingin dicapai oleh layanan bimbingan konseling. Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap kegiatan pendidikan hendaknya diarahkan unutk tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai potensi dan karakteristiknya masing-masing. Guna mewujudkan pribadi yang berkembang optimal, kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh, yaitu meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap peserta didik secara pribadi memperoleh layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal. Dalam kaitan ini, bimbingan konseling mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap  pribadi peserta didik agar berkembang secara optimal.
2.4.3        Guru
Tugas dan tanggung jawab utama guru sebagai pendidik adalah mendidik sekaligus mengajar, yaitu membantu peserta didik untuk  mencapai kedewasaan. Salah satu peran guru dilihat secara psikologis yaitu, sebagai petugas kesehatan mental. Dalam peran ini, guru bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan, khususnya kesehatan mental. Guru juga berperan sebagai direktur pembelajaran, yaitu guru berupaya mengarahkan aktivitas siswa sehingga terjadi proses belajar untuk merubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik.
Berkenaan dengan peran guru sebagai direktur pembelajaran, guru hendaknya senantiasa berusaha untuk menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan motivasai siswa untuk belajar. Dalam kaitan ini juga, guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan proses belajar.
Guna mewujudkan fungsi dan peran di atas, merupakan suatu keniscayaan bagi setiap calon guru dan guru untuk menguasai bimbingan konseling. Dalam kaitan ini, pentingnya bimbingan konseling dalam pendidikan, setidaknya didasarkan atas tiga alasan, yaitu pertama, pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian individu. Kedua, pendidikan senantiasa berkembang secara dinamis, karena selalu terajdi perubahan dan penyesuaian dalam berbagai komponennya. Ketiga, pada hakikatnya guru mempunyai peranan yang luas tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik.
2.4.4        Faktor Psikologis
Beberapa masalah psikologis yang menjadi latar belakang perlunya layanan bimbingan konseling di sekolah yaitu, Pertama Masalah perkembangan individu. Peserta didik yang di bimbing merupakan individu yang sedang berada dalam proses perkembangan menuju kedewasaan. Agar tercapai perkembangan yang optimal memerlukan asuhan yang terarah. Melalui layanan bimbingan konseling, peserta didik dibantu agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya secara baik.
            Kedua, masalah perbedaan individu. Di sekolah masalah perbedaan individu tampak jelas seperti adanya peserta didik yang pintar atau cerdas, cepat dan lambat dalam belajar, berbakat, kreatif dan lain sebagainya. Selain itu, perbedaan individu juga bisa menimbulkan masalah bagi peserta didik itu sendiri maupun bagi lingkungan. Sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada peserta didik dalam menghadapi masalah sehubungan dengan perbedaan individu melalui program bimbingan konseling.
            Ketiga, Masalah kebutuhan individu. tingkah laku individu berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhannya, artinya dalam rangka memenuhi kebutuhan, akan muncul perilaku tertentu dari individu. Apabila individu mampu memenuhi kebutuhannya ia akan merasa puas, sebaliknya apabila ia tidak mampu memenuhi kebutuhannya akan menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Tidak semua individu mampu memenuh kebutuhannya secara sendiri. Demikian juga halnya peserta didik yang tidak akan mampu memenuhi kebutuhan belajarnya secara sendiri. Upaya memenuhi kebutuhan peserta didik di sekolah dapat diwujudkan melalui program pelayanan bimbingan konseling.
            Keempat, Masalah penyesuaian diri. Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungannya baik di sekolah, di rumah, maupun di tengah-tengah masyarakat. Apabila individu tidak mampu menyesuaikan diri, maka akan timbul banyak masalah. Selain itu apabila peserta tidak mampu menyesuaikan diri secara baik, akan berpeluang untuk mengalami kegagalan dalam proses pendidikan dan pembelajarannya. Dalam kondisi seperti ini, sekolah hendaknya memberiksan bantuan agar setiap siswa dapat menyesuaikan diri secara baik dan terhindar dari gejala perilaku maladjusted atau maladaptif. Upaya memberikan bantuan kepada peserta didik yaitu melalui pelayanan bimbingan konseling.
            Kelima, masalah belajar. Diantara masalah belajar yang dihadapi peserta didik diantaranya, pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar yang tepat, menggunakan buku-buku pelajaran, belajar kelompokm memilih peljaran yang cocok, memilih studi lanjutan, kesulitan konsentrasi, mudah lupa, mempersiapkan ujian dan lain sebagainya.
            Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa  pelayanan bimbingan konseling sangat diperlukan dalam dunia pendidikan karena Perkembang IPTEK, makna dan fungsi pedidikan, guru dan faktor psikologi.
2.5         Ragam Bimbingan Menurut Masalah
Dilihat dari masalah seseorang atau individu, ada empat jenis bimbingan menurut masalahnya, yaitu Bimbingan Akademik, Bimbingan Sosial Pribadi, Bimbingan Karir, dan Bimbingan Keluarga. Untuk lebih jelasnya akan di jabarkan satu persatu mengenai ke empat bimbingan diatas
2.5.1             Bimbingan Akademik
Bimbingan akademik, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah akademik. Adapun yang termasuk maslah-masalah akademik, yaitu pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan atau konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas-tugas latihan, pencarian serta penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan lain sebagainya.
Bimbingan akademik dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Para pembimbing membantu individu mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu individu agar sukses dalam belajar dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program atau pendidikan. Dalam bimbingan akademik, para pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan.
2.5.2             Bimbingan Sosial Pribadi
Bimbingan sosial pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial pribadi. Yang tergolong dalam masalah-masalah sosial pribadi adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dosen, serta staf. Pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, serta penyelesaian konflik.
Bimbingan sosial pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu.
Bimbingan sosial pribadi diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri, dan sikap-sikap yang positif, serta keterampilan-keterampilan sosial pribadi yang tetap.
2.5.3             Bimbingan Karier
Bimbingan karier, yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan penyelesaian maslah-masalah karier, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, dan penyelesaian masalah-maslah karier yang dihadapi.
Bimbingan karier juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan individu sebagai bagian integral dari program pendidikan. Bimbingan karier terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif, afektif, ataupun keterampilan individu dalam mewujudkan konsep diri yang positif, memahami proses pengambilan keputusan, ataupun perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang akan membantu dirinya memasuki sistem kehidupan sosial budaya yang terus-menerus berubah. Bimbingan karier membantu individu mempersiapkan pekerjaan atau jabatan, membantu individu pada saat bekerja, dan membantu individu setelah pensiun dari pekerjaan. Dengan kata lain, bimbingan karier  membantu individu mengembangkan kariernya sepanjang hayat.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa bimbingan karier merupakan upaya bantuan terhadap individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, dan mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan. Lebih lanjut dengan layanan bimbingan karier, individu dapatmengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya sehingga mampi mewujudkan dirinya secara bermakna.
2.5.4             Bimbingan Keluarga
Bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin atau anggota keluarga agar mereka mampu menciptakan kelurga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri dengan norma keluarga, serta berperan atau berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.
Bimbingan kelurga juga membantu individu yang akan berkeluarga memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga sehingga individu siap menghadapi kehidupan berkeluarga. Bimbingan keluarga juga membantu anggota keluarga dengan berbagai strategi dan teknik berkeluarga yang sukses, harmonis,  dan bahagia.  Agar kebutuhan-kebutuhan keluarga seperti keamanan dan keselamatan, kesejahteraan ekonomi dan materi, kesejahteraan psikologi,fisik, dan emosional, serta kebutuhan- kebutuhan spiritual dapat terpenuhi dalam suatu keluarga.
Bimbingan keluarga juga sangat disarankan apabila suatu keluarga membutuhkan pemecahan dalam menghadapi masalah dalam kelurganya. Yaitu menurut model McMaster, epemecahan maslah terjadi dalam tujuh tahap, yaitu:
1.      Mengenali maslah
2.      Mengomunikasikan masalah kepada orang yang tepat
3.      Mengembangkan tindakan alternatif
4.      Memutuskan satu tindakan khusus
5.      Mengambil tindakan
6.      Memantau tindakan
7.      Mengevaluasi keberhasilan tindakan itu.
Proses-proses pemecahan masalah keluarga dapat dilihat pada sautu kontinum menyangkut kemampuan keluarga untuk memecahkan masalah, sehingga dibutuhkanlah bimbingan keluarga.
jadi dapat disimpulkan bahwa ragam bimbingan konseling terdiri dari : bimbingan akademik, bimbingan sosial pribadi, bimbingan karir, bimbingan keluarga.
2.6         Ragam Layanan Bimbingan
Berdasarkan ragam layanan dalam bimbingan konseling dibedakan empat jenis layanan utama, yaitu layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual, dukungan sistem, pengumpulan data, pemberian informasi, bantuan penempatan, konseling, referal, serta evaluasi dan tindak lanjut  Keragaman layanan bimbingan tersebut akan dijelaskan satu persatu.
2.6.1 Layanan Dasar Bimbingan
Layanan dasar bimbingan adalah  layanan bimbimgan yang bertujuan membantu para individu mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan hidupnya yang mengacu pada tugas-tugasperkembangan. Layanan dasar bimbingan ini ditujukan untuk seluruh individu, dilaksanakan dengan menggunakan strategi bimbingan klasikal dan dinamika kelompok.
Berikut ini contoh isi layanan dasar bimbingan untuk orang dewasa, yaitu:
1.      Memiliki tanggung jawab sosial dan kewarganegaraan secara lebih dewasa,
2.      Membantu anak-anak dan pemuda, khususnya anak kandungnya sendiri agr berkembang menjadi orang dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab,
3.      Mengembangkan aktivitas dan memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya bersama orang dewasa lainnya,
4.      Menghubungakan diri sedemikian rupa dengan pasangannya, yakni suami istri sebagai seorang pribadi yang utuh,
5.      Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa setengah baya,
6.      Melaksanakan dan menampilkan unjuk kerja yang cukup baik dalam profesi dan jabatan, serta
7.      Menyesauikan diri dengan perikehidupan dengan orang-orang berusia lanjut, khususnya dalam cara bersikap dan bertindak.
2.6.2 Layanan Responsif
Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh individu saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi. Isi layanan responsif ini adalah bidang:
1.      pendidikan
2.      belajar
3.      sosial
4.      pribadi
5.      karier
6.      tata tertib disekolah
7.      narkotika dan perjudian
8.      perilaku seksual, serta
9.      kehidupan lainnya.
Dalam bidang pendidikan, layanan responsif terkait dengan layanan mengatasi maslah kesulitan dalam memilih pendidikan, jurusan, program studi yang cocok dengan minat,bakat, dan ciri-ciri kepribadian yang lainnya.
Dalam bidang belajar, layanan responsif terkait dengan layanan mengatasi masalah kesulitan dalam belajar, mengatur cara belajar, memprioritaskan pelajaran, serta strategi dan teknik belajar.
Dalam bidang sosial, layanan responsif terkait dengan layanan mengatasi masalah kesulitan dalam hubungan sosial, kesulitan menyesuaikan dengan lingkungan keluarga, tetangga, teman, sekolah, dan masyarakat.
Dalam bidang pribadi, layanan responsif terkait dengan layanan mengatasi masalah kesulitan dalam mengatasi konflik internal pribadi, kesulitan dalam mengambil keputusan, dan kesulitan dalam mengendalikan diri serta mengarahkan diri.
Dalam bidang karier, layanan responsif terkait dengan layanan mengatasi masalah kesulitan dalam memilih pekerjaan yang cocok dengan minat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya, kesulitan dalam memenuhi kriteria atau syarat dari suatu pekerjaan dan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan.
2.6.3 Layanan Perencanaan Individual
Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu individu membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karier, dan sosial pribadinya. Membantu individu memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan mengimplementasikan rencana-rencananya sesuai dengan pemantauan dan pemahamannya. Teknik bimbingannya adalah konsultasi dan konseling. Isi layanan perencanaan individual adalah :
1.      Bidang pendidikan dengan topik-topik belajar yang efektif, belajar memantapkan program keahlian yang sesuai dengan bakat, minat, dan karakteristik kepribadian lainnya,
2.      Bidang karier dengan topik-topik mrngidentifikasi kesempatan karier yang ada di lingkungan masyarakat, mengembangkan sikap positif terhadap dunia kerja, dan merencanakan kehidupan kariernya,
3.      Bidang sosial pribadi dengan topik mengembangkan konsep diri yang positif, mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial yang tepat, belajar menghindari konflik dengan teman, dan belajar memahami perasaan orang lain.
2.6.4 Layanan Dukungan Sistem
Layanan Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional, hubungan masyarakat dan staff, konsultasi dengan guru, staf ahli atau penasihat, dari masyarakat yang lebih luas, manajemen program, serta penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990)
2.6.5 Layanan Pengumpulan Data
Agar para pembimbing  dan dosen lebih mudah memahami potensi dan kekuatan, serta masalah yang dihadapi individu, diadakan layanan pengumpulan data. Dalam layanan ini, semua data tentang individu beserta latar belakangnya dihimpun dan didokumentasikan. Data himpunan dari berbagai sumber dengan menggunakan angket, wawancara, observasi, studi dokumenter, dan tes.
Data yang dihimpun diantaranya data pribadi, keluarga, sosial, budaya, agama, status ekonomi, prestasi, kecerdasn intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, ketahan malangan, ketekunan, kerajinan, dan sebagainya.
2.6.6 Layanan Informasi
Layanan informasi merupakan layanan memberi informasi yang dibutuhkan oleh individu. Tujuan layanan ini adalah agar  individu memiliki pengetahuan (informasi) yang memadai, baik tentang dirinya maupun tentang lingkungannya, lingkungan perguruan tinggi, masyarakat, serta sumber-sumber belajar termasuk internet. Informasi yang diperoleh individu sangat diperlukan agar individu lebih mudah dalam membuat perencanaan dan mengambil keputusan.
2.6.7 Layanan Penempatan
Layanan penempatan merupakan layanan untuk membantu individu dalam memperoleh tempat bagi pengembangan potensi yang dimilikinya. Tujuan layanan ini adalah agar setiap individu dapat mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan potensi dan kekuatan yang dimilikinya. Setiap individu diharapkan menempati kelompok, jurusan, program studi, serta saluran kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan segala kemampuan pribadinya.
2.6.8 Layanan Konseling
Layanan konseling merupakan layanan untuk membantu individu menyelesaikan masalah-masalah, terutama masalah sosial pribadi yang mereka hadapi. Layanan ini bersifat terapeutik dan hanya dapat diberikan oleh pembimbing  yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang bimbingan dan konseling atau psikologi.
Layanan konseling ini dilakukan melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli. Konselor memfasilitasi lingkungan psikologis konseli sehingga konseli dapat mengembangkan potensinya sebaik mungkin dan mampu mengatasi masalah yang di hadapinya sebaik mungkin.
2.6.9 Layanan Referal
layanan referal merupakan layanan untuk melimpahkan masalah yang dihadapi individu kepada pihak lain yang lebih mampu dan berwenang, apabila masalah yang ditangani pembimbing di luar kemampuan dan kewenangan personal pemberi bantuan yang ada.
2.6.10    Layanan Evaluasi dan Tindak Lanjut
Untuk menilai pelaksanaan dan keberhasilan layanan bimbingan yang di berikan, diadakan evaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut diadakan upaya-upaya tindak lanjut untuk menyempurnakannya.
Layanan evaluasi ini menyangkut evaluasi proses ataupun evaluasi hasil pelaksanaan bimbingan. Evaluasi proses menilai sejauh mana keterlaksanaan program bimbingan dan konseling itu didukung atau tidak oleh komponen-komponen yang terkait dengan sumber pelaksana, biaya, fasilitas, dan manajemen. Adapun evaluasi hasil menilai sejauh mana pelaksanaan bimbingan itu efektif memenuhi harapan berbagai pihak, guru, kepala sekolah, peserta didik, wali kelas, orang tua, dan anggota masyarakat.
jadi, dapat disimpulkan bahwa ragam layanan bimbingan terdiri dari : layanan pengumpulan data, layanan informasi, layanan penempatan, layanan konseling, layanan referal, dan layanan evaluasi dan tindak lajut.
2.7         Ragam Pendekatan Bimbingan
Dilihat dari pendekatanya, bimbingan dibedakan atas empat pendekatan, yaitu :
2.7.1   Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis disebut juga pendekatan kuratif merupakan upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan ini bertujuan mengatasi krisis atau masalah-masalah yang dialami individu. Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikoanalisis. Psikoanalisis menekankan pengaruh peristiwa-peristiwa masa lampau sebagai hal yang menentukan bagi berfungsinya kepribadian individu saat ini.
2.7.2   Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial merupakan pendidikan bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kelemahan atau kekurangan. Tujuan bimbingan ini adalah untuk membantu memperbaiki kekurangan / kelemahan yang di alami individu. Pendekatan remedial banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi behavioristik. Psikologi behavioristik menekankan perilaku individu di sini dan saat ini.
2.7.3   Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang diarahkan pada antisipasi masalah-masalah umum individu, mencegah jangan sampai masalah tersebut menimpa individu. Pendekatan preventif tidak didasari oleh teori tertentu yang khusus. Pendekatan ini mempunyai banyak teknik, tetapi hanya sedikit konsep.
2.7.4   Pendekatan Perkembangan
Pendekatan perkembangan menekankan pada pengembangan potensi dan kekuatan yang ada pada individu secara optimal. Dalam pendekatan ini, layanan bimbingan diberikan kepada semua individu, bukan hanya pada individu yang menghadapi masalah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, ragam pendekatan bimbingan terdiri atas : pendekatan krisis, pendekatan remedial, pendekatan preventif dan pendekatan perkembangan.
2.8         Ragam Teknik Bimbingan
Ada beberapa macam teknik bimbingan yang dapat digunakan untuk membantu perkembangan individu, yaitu :
2.8.1   Konseling
Konseling merupakan bantuan yang bersifat terapeutik yang diarahkan untuk mengubah sikap perilaku individu. Dalam konseling terdapat hubungan yang akrab dan dinamis. Individu merasa diterima dan dimengerti oleh konselor. Dalam hubungan tersebut, konselor menerima individu secara pribadi dan tidak memberikan penilaian. Individu ( konseli) merasakan ada orang yang mengerti masalah pribadinya, mau mendengarkan keluhan dan curahan perasaannya. Dalam konseling berisi proses belajar yang ditujukan agar konseli dapat mengenal diri, menerima, mengarahkan, dan menyesuaikan diri secara realistis dalam kehidupannya di kampus ataupun luar kampus. Konseling membantu individu agar lebih mengerti dirinya sendiri, mampu mengeksplorasi dan memimpin diri sendiri, serta menyelesaikan tugas-tugas kehidupannya.
2.8.2   Nasihat
Nasihat merupakan salah satu teknik bimbingan yang dapat diberikan oleh konselor ataupun pembimbing. Pemberian nasihat hendaknya memerhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.        Berdasarkan masalah atau kesulitan yang dihadapi oleh klien (individu)
2.        Diawali dengan menghimpun data yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi
3.        Nasihat yang diberikan bersifat alternatif  yang dapat dipilih oleh individu, disertai kemungkinan keberhasilan dan kegagalan
4.        Penentuan keputusan diserahkan kepada individu, alternatif mana yang akan diambil, serta
5.        Hendaknya individu mau dan mampu mempertanggungjawabkan keputusan yang diambilnya.
2.8.3   Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktifitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial. Bimbingan kelompok dilaksanakan tiga kelompok, yaitu :
1.        Kelompok kecil (2-6 orang)
2.        Kelompok sedang (7-12 orang)
3.        Kelompok besar (13-20 orang) ataupun kelas (20-40 orang)
Pada umumnya, aktivitas kelompok menggunakan prinsip dan proses dinamika kelompok, seperti dalam kegiatan diskusi, sosiodrama, bermain peran, simulasi, dan lain-lain. Bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena selain peran individu lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana, dan penyelesaian masalah
2.8.4   Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok bersifat pencegahan dalam arti, bahwa individu yang bersangkutan mempunyai kemampuan normal atau berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi memiliki beberapa kelemahan dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Individu dalam konseling kelompok menggunakan interaksi kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan perilaku yang tidak tepat.
2.8.5   Belajar Bernuansa Bimbingan
Individu akan lebih berhasil dalam belajar apabila guru/dosen menerapkan prinsip-prinsip dan memberikan bimbingan waktu mengajar. Secara umum, bimbingan yang dapat diberikan guru/dosen sambil mengajar adalah :
1.        Mengenal dan memahami individu secara mendalam
2.        Memberikan perlakuan dengan memerhatikan perbedaan individual
3.        Memperlakukan individu secara manusiawi
4.        Memberi kemudahan untuk mengembangkan diri secara optimal
5.        Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan
Suasana kelas dan proses belajar-mengajar yang menerapkan prinsip-prinsip/bernuansa bimbingan tampak sebagai berikut.
1.      Tercipta iklim kelas yang permisif, bebas dari ketegangan dan menempatkan individu sebagai subjek pengajaran.
2.      Adanya arahan / orientasi agar terselenggaranya belajar yang efektif, baik dalam bidang studi yang diajarkannya, maupun dalam keseluruhan perkuliahan.
3.      Menerima dan memperlakukan individu sebagai individu yang mempunyai harga diri dengan memahami kekurangan, kelebihan, dan masalah-masalahnya.
4.      Mempersiapkan serta menyelenggarakan perkuliahan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan individu.
5.      Membina hubungan yang dekat dengan individu, menerima individu yang akan berkonsultasi dan meminta bantuan.
6.      Dosen/guru berusaha mempelajari dan memahami individu untuk menemukan kekuatan, kelemahan, kebiasaan, dan kesulitan yang dihadapinya, terutama dalam hubungannya dengan bidang studi yang diajarkannya.
7.      Memberikan bantuan kepada individu yang menghadapi kesulitan, terutama yang berhubungan dengan bidang studi yang diajarkannya.
8.      Pemberian informasi tentang masalah pendidikan, pengajaran, dan jabatan/karier.
9.      Memberikan bimbingan kelompok di kelas.
10.  Membimbing individu agar mengembangkan kebiasaan belajar yang baik.
11.  Memberikan layanan perbaikan bagi individu yang memerlukannya.
12.  Bekerja sama dengan dosen, wali kelas, konselor, dan tenaga pendidik lainnya dalam memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh individu.
13.  Memberikan umpan balik atas hasil evaluasi.
14.  Memberikan pelayanan rujukan ( referal ) bagi individu yang memiliki kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh dosen sendiri.
Dari uraian di atas dapat disipulkan bahwa, ragam teknik bimbingan terdiri dari : konseling, nasihat, bimbingan kelompok, konseling kelompok dan belajar bernuansa bimbingan.
2.9         Mekanisme Kegiatan Pengawasan Bimbingan Konseling di Sekolah
2.9.1             Persiapan
1.      Pengawasan sekolah
a.       Pengawas sekolah mempersiapkan kegiatan pengawasan berdasarkan program pengawasan tahunan dan caturwulan yang telah di susunnya untuk setiap sekolah yang menjadi tanggung jawab pengawasannya.
b.      Persiapan pengawasan per sekolah difokuskan kepada :
1)      Hasil kegiatan bimbingan
2)      Kemampuan guru
3)      Sumber daya pendidikan  / bimbingan
4)      Proses bimbingan
5)      Lingkungan sekolah
2.      Personel sekolah
a.       Guru atau guru kelas
1)      Menyiapkan laporan
2)      Menyampaikan laporan kepada kepala sekolah secara berkala (sebulan sekali) dan dibahas antara kepala sekolah dan guru pembimbing.
3)      Penyusunan dan penyampaian laporan tersebut kepada kepala sekolah dikoordinasikan oleh koordinator bimbingan dan konseling.
4)      Laporan tersebut dapat dipergunakan untuk laporan kepada pengawas sekolah.
b.      Kepala sekolah
1)      Meminta guru-guru menyusun laporan tentang kegiatan bimbingan dan konseling beserta berbagai hal yang bersangkut paut dengan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.
2)      Menyiapkan guru bimbingan untuk memperoleh pengawasan dari pengawas sekolah.
3)      Meminta guru-guru lain untuk bersedia memberikan informasi dan lain-lain tentang peranannya dalam kegiatan bimbingan dan konseling apabila hal itu diperlukan oleh pengawas sekolah.
4)      Kunjungan pengawas sekolah ke sekolah-sekolah yang menjadi tanggung jawabnya dapat diberitahukan atau tidak diberitahukan terlebih dahulu kepada sekolah yang bersangkutan.
2.9.2             Pengiriman bahan- bahan pengawasan
1.      Pengawas sekolah dapat meminta kepala sekolah yang di awasinya untuk mengirimkan bahan-bahan yang diperlukan untuk pengawasan sekolah itu.
2.      Hasil pengawasan berdasarkan bahan-bahan tersebut dapat dikirimkan kepada sekolah yang bersangkutan.
3.      Bahan-bahan pengawasan tersebut dan hasil pengawasan tersebut dipergunakan dalam kunjungan pengawas sekolah ke sekolah yang bersangkutan.
2.9.3             Kegiatan pengawas sekolah di sekolah
            Kunjungan pengawas sekolah merupakan kegiataan rutin yang harus dilakukan sesuai dengan program yang telah disusun. Dalam kunjungan tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan.
1.      Kunjungan pengawas sekolah dalam rangka pengawasan disuatu sekolah adalah atas sepengetahuan pemimpin sekolah yang bersangkutan.
2.      Pemimpin sekolah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi kelancaran dan keberhasilan kegiatan pengawasan oleh pengawas sekolah.
3.      Kegiatan yang dapat dilakukan oleh pengawas sekolah.
a.       Menerima laporan
b.      Mengamati secara langsung ruangan, perlengkapan ruang, perlengkapan bimbingan dan konseling, dll.
c.       Menghubungi siswa-siswa secara langsung untuk menanyakan hal-hal yang menyangkut kegiatan bimbingan dan konseling.
d.      Menyelenggarakan pengisian ataupun daftar isi yang telah disiapkan oleh pengawas sekolah.
e.       Mendiskusikan hal-hal yang diperoleh pengawas sekolah.
4.      Kegiatan pengawas sekolah dengan pihak-pihak tertentu disekolah
5.      Pertemuan antara pengawas sekolah dengan pihak-pihak tertentu disekolah yang bersifat kolegial, tidak terlalu bersifat instruktif.
2.9.4             Evaluasi, analisis, dan tindak lanjut pengawasan
            Hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh pengawas selanjutnya dievaluasi, dianalisis, dan diberikan upaya tindak lanjut.
1.      Pengawas sekolah mengevaluasi seluruh bahan-bahan yang diperoleh dari sekolah yang menjadi tanggung jawabnya.
2.      Hasil evaluasi kemudian dianalisis dengan analisis sederhana dan analisis komprehensif
3.      Hasil evaluasi dan analisis kemudian disertai dengan tindak lanjutnya yang dikirimkan kepada pihak-pihak yang bersangkutan disekolah, terutama pada guru atau guru kelas dan kepala sekolah.
4.      Hasil evaluasi, analisis, dan tindak lanjut pengawasan digunakan oleh guru, koordinator, kepala sekolah,dll untuk meningkatkan kegiatan bimbingan dan konseling disekolah yang bersangkutan.
5.      Pengawas sekolah dan personel yang menjadi subjek pengawasan disekolah perlu memiliki persepsi yang sama tentang maksut dan tujuan, materi, dan mekanisme pengawasan yang diselenggarakan.
2.9.5             Pengawasan berkesinambungan dan berkelanjutan
            Kegiatan pengawasan bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan kegiatan yang perlu dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan.
1.      Bahan-bahan laporan yang dipakai didalam kegiatan pengawasan, hasil evaluasi dan analisis, upaya tindak lanjutnya serta saran-saran lain secara langsung disampaikan pada pihak-pihak terkait.
2.      Materi, hasil, dan tindak lanjut pengawasan serta saran-saran yang terdahulu menjadi bahan pertimbangan dalam kegiatan pengawasan berikutnya dalam rangka pengawasan berkesinambungan dari waktu ke waktu.
a.       Bagi pengawas sekolah, materi, hasil, dan tindak lanjut pengawasan serta saran-saran dari pengawasan terdahulu dipergunakan sebagai dasar dan bahan pertimbangan untuk :
1)      Pelaksanaan kunjungan pengawasan ke sekolah pada kesempatan selanjutnya
2)      Menyusun program pengawasan caturwulan per sekolah
3)      Menyusun program pengawasan sekolah tahunan tingkat kabupaten/kotamadya.
b.      Bagi guru dan kepala sekolah, materi, hasil, dan tindak lanjut pengawasan serta saran-saran dari pengawasan terdahulu dipergunakan sebagai dasar dan bahan pertimbangan untuk :
1)      Mengembangkan dan meningkatkan kegiatan bimbingan dan konseling disekolah dalam berbagai apeknya
2)      Mempersiapkan materi untuk kegiatan pengawasan berikutnya.
            Jadi dapat disimpulkan bahwa, mekanisme kegiatan pengawasan di sekolah adalah persiapan terdiri dari, penagwasan dan personel sekolah; pengiriman bahan yaitu, dari sekolah ke pengawas sekolah dan dari pengawas sekolah ke sekolah; kegiatan pengawasan di sekolah yaitu, sepengetahuan kepala sekolah, kesempatan yang luas bagi pengawas sekolah, berbagai kegiatan dilakukan oleh pengawas sekolah, arahan, bimbingan, contoh dan danarasa, pertemuan kolegial; evaluasi tinda lanjut dan pengawasan berkesinambungan dan berkelanjutan.
2.10 Strategi dan Intervensi Konseling
2.10.1                                Konseling Sebagai Profesi Bantuan
konseling adalah bantuan. Profesi bantuan ini terdiri atas profesional. Tiap-tiap profesional menyesuaikan kebutuhan khusus pribadi atau masyarakat. Beberapa profesi bantuan diidentifikasikan sebagai profesional bantuan, seperti psikieater, psikolog, konselor profesional, ahli terapi keluarga dan perkawinan, serta pekerja sosial.
Proses bantuan ini mempunyai beberapa dimensi. Dimensi pertama adalah kondisi-kondisi yang mendasari bantuan. Dimensi kedua adalah prakondisi yang mengarahkan seseorang pribadi (klien) mencari bantuan dan pribadi yang lain (konselor) memberi bantuan. Dimensi ketiga adalah hasil dari interaksi diantara dua orang pribadi.
Karakteristik klien meliputi :
1.      keterampilan-keterampilan penguasaan
2.      kemampuan menyelesaikan masalah
3.      konsep diri
4.      temperamen
5.      pengalaman-pengalaman interpersonal
Orang yang memberi bantuan meliputi :
1.        psikiater
2.        psikolog
3.        pekerja sosial
4.        ulama
5.        pendeta nasrani
6.        pendeta yahudi
Konselor sekolah meliputi :
1.        sekolah dasar
2.        sekolah menengah
3.        sekolah atas
konselor sekolah dasar banyak memfokuskan pada kegiatan kerjasama dengan staf pengajar untuk menciptakan lingkungan psikologis yang sehat untuk anak-anak di sekolah. Konselor menengah banyak menghabiskan waktunya dengan anal-anak, baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan konselor sekolah atas banyak memfokuskan pada perencanaan karier dan studi di perguruan tinggi, masalah hubungan pribadi, masalah keluarga, dan masalah identitas pribadi.
Konseling yang dilakukan konselor di perguruan tinggi antara lain :
1.      konseling karier
2.      konseling penyesuaian pribadi
3.      konseling krisis
4.      konseling penyalahgunaan obat
konseling dalam setting masyarakat biasanya dilakukan oleh pekerja sosial atau konselor kesehatan mental. Masalah yang ditangani sebagian besar perkenaan dengan kesehatan mental. Klien yang ditangani meliputi :
1.      anak-anak
2.      remaja
3.      orang tua
4.      pasangan suami istri
5.      keluarga
konseling dalam setting agama, biasanya dilakukan oleh konselor agama. Mereka berkeyakinan, bahwa masalah-masalah manusia harus ditelaah dalam konteks keyakinan dan nilai agama.
Konseling profesional memiliki empat unsur, yaitu :
1.      kualitas-kualitas pribadi konselor
2.      keterampilan antar pribadi yang dimiliki konselor
3.      keterampilan yang membedakan dan konseptualisasi yang dimiliki konselor
4.      keterampilan intervensi yang dimiliki konselor
konselor profesional itu biasanya dididik oleh program-program pendidikan tertinggi setingkat master. Mereka melakukan program pelatihan dan diperkenalkan dengan berbagai profesi bantuan, setting bantuan, populasi, dan etika profesional.
2.10.2                                 Hubungan Bantuan
keberhasilan dalam konseling banyak ditentukan oleh kualitas hubungan. Rogers mengatakan, bahwa dalam hubungan terdapat kondisi-kondisi penting untuk terjadinya perubahan kepribadian yang positif. Kondisi-kondisi tersebut mengarah pada karakteristik hubungan antar pribadi yang konstruktif. Kondisi-kondisi tersebut yaitu :
1.      empati yang tepat
2.      penghargaan positif tanpa syarat
3.      keaslian
pengungkapan diri mengenai perasaan, ide, pemikiran, dan pengalaman konselor agar klien memahami bahwa konselor juga manusia, tidak saja berperan sebagai konselor. Pengungkapan diri ini hendaknya dilakukan secara tepat. Terdapat beberapa jenis pengungkapan diri, yaitu :
1.      pengungkapan diri tentang masalah-masalah konselor diri
2.      pengungkapan diri tentang fakta-fakta peran konselor
3.      pengungkapan diri tentang reaksi-reaksi diri terhadap klien
4.      pengungkapan diri tentang reaksi-reaksi konselor terhadap hubungan antara konselor dan klien
hendaknya, konselor menjadi pribadi yang intensional atau pribadi yang berfungsi penuh, yakni mempunyai kemampuan, mampu menghasilkan alternatif perilaku-perilaku bantuan dalam berbagai situasi, mempunyai beberapa alternatif cara bantuan untuk memenuhi kenbutuhan-kebutuhan klien pada saat sekarang, dan membantu mengembnagkan tujuan-tujuan konseling.
2.10.3                                 Attending Terhadap Klien
konselor harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlakukan dalam proses konseling. Salah satu keterampilan itu adalah attending. Attending terhadap klien adalah kemampuan mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian terhadap klien. Keterampilan attending ini berupa perilaku verbal maupun nonverbal yang tepat secara budaya yang berfungsi melibatkan klien dalam proses konseling.
Perhatian itu dikomunikasikan terutama melalui tiga saluran, yaitu :
1.      ekspresi muka
2.      posisi dan gerakan tubuh
3.      responsi verbal
cara-cara komunikasi tersebut merupakan tanda untuk klien mengenai tingkat penerimaan, persetujuan, penolakan, atau pengabdian yang dihubungkan dengan perilaku penguatan.
Bahasa badan muka ini meliputi :
1.      kontak mata
2.      anggukan kepala
3.      animasi
kontak mata yang baik lebih memudahkan komunikasi antara klien dan konselor. Anggukan kepala menunjukkan kepada klien bahwa konselor sedang mendengarkan dan memperhatikan. Animasi adalah manipulasi otot wajah untuk menghasilkan senyum, kerutan dahi, pengabaian dan sebagainya. Animasi dalam ekspresi muka ini memberikan kesan kepada klien bahwa konselor itu merespon terhadap komunikasi yang berjalan.
2.10.4                                 Pemahaman Pola-Pola Komunikasi
Ada beberapa pola komunikasi dalam proses konseling. Sebagian mengambil pada komunikasi bentuk ritual, sementara yang lain mengambil pola komunikasi responsif atau interaktif. Bagi konselor pemula, kondisi diam dapat menjadikan kekuatan. Konselor bertanggung jawab agar klien mau berbicara. Konselor dapat menggunakan diam itu sebagai teknik konseling dan sebagai cara untuk merespon terhadap klien. Dalam diam inilah klien mengintegrasikan pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam konseling ke dalam sistem yang ada pada dirinya.
2.10.5                                 Pengelolaan Kegiatan Konseling
Wawancara pertama dengan klien mempunyai dinamika khusus. Wawancara pertama ini merupakan awal dari potensi hubungan yang signifikan. Dalam wawancara pertama ini harapan, kekhawatiran dan keberatan, kesadaran dan ketidaksadaran semuanya berpengaruh pada kegiatan konseling. Menghadapi kondisi seperti ini, konselor memiliki salah satu dari dua kemungkinan, yaitu konselor bekerja dengan dinamika hubungan yang ada atau menciptakan kegiatan awal ini dengan wawancara yang menghasilkan dan mengumpulkan informasi yang diperlukan tentang klien. Jika konselor memfokuskan pada dinamika antar pribadi pada wawancara pertama, maka dalam wawancara kedua dan ketiga, konselor harus mengumpulkan informasi. Apabila konselor menggunakan kegiatan wawancara awal ini entuk menghasilkan informasi, maka selanjutnya harus memulai untuk memahami dinamika hubungan.
Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan konseling awal ini, yaitu :
1.      Mengurangi kecemasan klien
2.      Menahan diri untuk tidak berbicara terlalu banyak
3.      Mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan klien dan berusaha untuk menata kembali kata-kata yang dijelaskan olek klien
4.      Menydari bahwa yang dipillih klien itu merupakan topik utama untuk saat ini.
Dalam membuka wawancara, konselor secara singkat memperkenalkan diri disertai dengan senyum dan mempersilahkan klien untuk mengambil tempat duduk. Setelah memperkenalkan diri, konselor memberikan kesempatan pada klien untuk berbicara atau konselor memberikan informasi kepada  klien tentang struktur konseling yang meliputi sifat, batas-batas, peran-peran dan tujuan-tujuan dalam hubungan konseling.
Konselor pemula sering tidak yakin kapan mengakhiri wawancara, mereka merasa siap untuk mengakhiri tanpa memikirkan apakah klien sudah siap apa belum. Benjamin mengidentifikasikan dua faktor dasar untuk menutup proses wawancara, yaitu :
1.      Konselor dan klien menyadari bahwa wawancara sudah saatnya ditutup.
2.      Pennghentian wawancara itu dikaitkan dengan kesiapan untuk melaksanakannya, selanjutnya tidak ada materi baru itu dilakukan pada wawancara berikutnya manakala mempunyai waktu banyak.
Hubungan konselor itu berakhir apabila :
1.        Kontrak konseling berakhir
2.        Tujuan klien tercapai
3.        Hubungan konseling tampak tidak bermanfaat
4.        Kondisi-kondisi kontekstual berubah, contohnya lokasi klien atau konselor berubah
2.10.6                                 Responding terhadap Isi kognitif
Respon konselor terhadap klien dapat berupa respon verbal dan nonverbal. Oleh sebab itu  konselor ahrus mampu merespons secara tepat isi kognitif yang dikemukakan oleh klien. Tugas konselor adalah mengidentifikasi secara tepat jenis-jenis isi yang dikemukakan oleh klien dan mengidentifikasi alternatif-alternatif respons yang dapat dilakukan.
Jenis respons yang dapat digunakan dari stimulus yang menghasilkan isi kognitif adalah :
1.      Diam
2.      Meminimalkan aktivitas verbaal seperti kata-kata oh, mama, ya dan sebagainya.
3.      Menyatakan kembali seluruh atau sebagian apa yang dikomunikasikan klien
4.      Melakukan probing, yaitu bertanya yang memerlukan jawaban lebih dari satu kata jawaban klien.
2.10.7                                 Responding terhadap Isi Afektif
Klien menggunakan seluruh cara-cara verbal dan nonverbal untuk menyatakan masalah pada konselor. Emosi-emosi yang menyertai pertanyaannya menghiasi dan mengubah pesan. Isyarat-isyarat ini tidak selalu mudah dibaca.
Komunikasi-komunikasi yang mencerminkan perasaan-perasaan itu dapat digambarkan sebagai afektif. Banyak pesan yang berisi kognitif dan afektif. Apabila itu terjadi, pesan afektif itu mungkin tidak tampak dalam kata-kata klien, tetapi dapat dinyatakan melalui cara-cara nonverbal, seperti suara yang memuncak , kecepatan berbicara, posisi-posisi tubuh dan bahasa badan.
Perasaaan itu dapat kita identifikasi dalam empat bidang :
1.      Kasih sayang
2.      Kemarahan
3.      Kekhawatiran
4.      Kesedihan  
Perasaan kasih sayang mencerminkan positif atau perasaan-perasaan baik tentang diri seseorang atau orang lain dan menunjukkan perasaan-perasaan positif tentang hubungan-hubungan antar pribadi. Perasaan positif ini dapat diklisifikasikan kedalam 5 bidang :
1.      Kesenangan
2.      Kemampuan
3.      Kecintaan
4.      Kebahagiaan
5.      Harapan
Sedangkan kremarahan sering mencerminkan perasaan-perasaan negatif tentang diri seseorang atau orang lain. Kemarahan dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori umum, yaitu :
1.      Penyerangan
2.      Keseraman
3.      Pertahanan
4.      Perselisihan
2.10.8                                 Membedakan Pesan Kognitif dan Afektif
Terdapat beberapa respon konselor yang bermanfaat untuk membedakan pesan kognitig atau afektif klien. Respon-respon tersebut yaitu :
1.      Penekanan
2.      Respon bahwa klien itu berpotensial
3.      Konfrontasi
Respon konselor terhadap isi afektif itu penting, yaitu sebagai alat untuk mengurangi kecemasan klien yang selama ini terpelihara. Respon konselor terhadap isi kognitif membantu klien dalam mengembangkan dan mengekspresikan proses-proses pemikiran dalam menyelesaikan masalah dan membuat keputusan.
2.10.9                                 Konseptualisasi (Perumusan) Masalah dan Penyusunan Tujuan
Konseptualisasi masalah meliputi :
1.      Mengenal kebutuhan klien
2.      Memahami kebutuhan klien
3.      Memenuhi kebutuhan klien
Jourard mengonseptualisasikan kebutuhan ini dengan cara yang berguna untuk konseling, yaitu :
1.      Kebutuhan untuk kelangsungan hidup
2.      Kebutuhan fisik
3.      Kebutuhan cinta dan seks
4.      Kebutuhan status, sukses dan harga diri
5.      Kebutuhan kesehatan mental dan fisik
6.      Kebutuhan bebas
7.      Kebutuhan menantang
8.      Kebutuhan kejelasan kognitif
Proses konseling melibatkan dua jenis tujuan yaitu tujuan proses dan tujuan akhir. Tujuan itu dikaitkan dengan menciptakan suasana-suasana yang penting untuk perubahan klien, seperti menciptakan hubungan baik.
Ada tiga unsur tujuan hasil akhir yang baik, yaitu :
1.      Perilaku yang diubah
2.      Kondisi yang mendasari perubahan
3.      Tingkat atau jumlah perubahan
2.10.10                             Penyeleksian Strategi dan Intervensi
Dalam proses konseling, koselor harus mampu menilai perilaku dan pengaruhnya terhadap klien. Konselor harus mampu menciptakan suasana hubungan yang memudahkan. Strategi-strategi ini merupakan rencana-rencana kegiatan yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan khusus konseling.
Konselor yang berpengalaman sering mendiskusikan penggunaan strategi ini bersama klien denjgan maksud untuk memunculkan reaksi klien serta mengundang kerjasama klien dalam intervensi. Dalam mengevaluasi strategi, ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu, :
1.      Untuk apa evaluasi
2.      Siapa yang mengevaluasi
3.      Bagaimana cara megevaluasi
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi dan intervensi konseling terdiri dari: konseling sebagai profesi bantuan, hubungan bantuan, attending terhadap klien, pemahaman pola-pola komunikasi, pengelolaan kegiatan konseling, responding terhadap isi kognitif, responding terhadap isi afektif, membedakan pesan kognitif dan afektif, koseptualisasi (perumusan) masalah dan penyusunan tujan, penyeleksian strategi dan intervensi.
BAB III
PENUTUP
3.2                   Simpulan
Bimbingan konseling yaitu suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin secara mandiri. Konsep bimbingan meliputi : tujuan yaitu, memberi layanan terhadap klien agar dapat mengembangkan masa depannya; fungsi yaitu, fungsi pengembangan, fungsi penyaluran, fungsi adaptasi dan fungsi penyesuaian; dan prinsip. Sedangkan konsep konseling meliputi tujuannya, yaitu agar konseli mampu memahami diri dan lingkungan, mampu membuat keputusan menyelesaikan masalah konselor.
Bimbingan konseling memiliki tujuan untuk membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu yang dibimbing, membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental klien, membantu mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya, membantu klien menanggulangi problema hidup dan kehidupannya secara mandiri.
Bimbingan konseling juga mempunyai prinsip diantaranya adalah, bimbingan diperuntukkan bagi semua individu, bimbingan bersifat individualisasi, bimbingan menekankan hal yang positif, bimbingan merupakan usaha bersama, pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan, bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan. Fungsi bimbingan konseling diantaranya, fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan pengembangan.
Pelayanan bimbingan konseling sangat diperlukan dalam dunia pendidikan karena Perkembang IPTEK, makna dan fungsi pedidikan, guru dan faktor psikologi.
Ragam bimbingan konseling terdiri dari : bimbingan akademik, bimbingan sosial pribadi, bimbingan karir, bimbingan keluarga. Ragam layanan bimbingan terdiri dari : layanan pengumpulan data, layanan informasi, layanan penempatan, layanan konseling, layanan referal, dan layanan evaluasi dan tindak lajut. Ragam pendekatan bimbingan terdiri atas : pendekatan krisis, pendekatan remedial, pendekatan preventif dan pendekatan perkembangan. Ragam teknik bimbingan terdiri dari : konseling, nasihat, bimbingan kelompok, konseling kelompok dan belajar bernuansa bimbingan.
Mekanisme kegiatan pengawasan di sekolah adalah persiapan terdiri dari, penagwasan dan personel sekolah; pengiriman bahan yaitu, dari sekolah ke pengawas sekolah dan dari pengawas sekolah ke sekolah; kegiatan pengawasan di sekolah yaitu, sepengetahuan kepala sekolah, kesempatan yang luas bagi pengawas sekolah, berbagai kegiatan dilakukan oleh pengawas sekolah, arahan, bimbingan, contoh dan danarasa, pertemuan kolegial; evaluasi tinda lanjut dan pengawasan berkesinambungan dan berkelanjutan.
Strategi dan intervensi konseling terdiri dari: konseling sebagai profesi bantuan, hubungan bantuan, attending terhadap klien, pemahaman pola-pola komunikasi, pengelolaan kegiatan konseling, responding terhadap isi kognitif, responding terhadap isi afektif, membedakan pesan kognitif dan afektif, koseptualisasi (perumusan) masalah dan penyusunan tujan, penyeleksian strategi dan intervensi.
3.2         Saran
              3.2.1  Peserta didik
       Sebaiknya harus melatih potensi yang dimiliki agar dapat mengembangkan potensi dan diwujudkan dalam bentuk yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
3.2.2  Orang tua
       Peran orang tua juga sangat berpengaruh karena apabila orang tua tidak terlalu posesif terhadap anaknya, maka akan mendorong anak untuk mandiri dan percaya diri, dan ini merupakan kualitas untuk mendukung potensinya. Sedangkan apabila orang tua terlalu posesif justru akan mengurangi kesempatan anak untuk mencari pengalaman yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya.
3.2.3  Pendidik
Peran pendidik dalam bimbinagan konseling sangat diperlukan, sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik  sesuai dengan apa yang diharapkan. Pendidik hendaknya senantiasa berusaha untuk menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan motivasai siswa untuk belajar.
3.2.4  Masyarakat
Masyarakat seyogyanya mendukung adanya program layanan bimbingan sehingga memberikan keuntungan bagi diri sendiri maupun pada kelompok masyarakat.
3.2.5  Pemerintah
 Peran pemerintah untuk mendukung adanya layanan bimbingan konseling dengan menyediakan wadah (sarana dan prasarana), kompetisi agar anak bangsa termotivasi untuk mengikuti kegiatan program layanan bmbingan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Geldard, Kathryn, David, Geldard. 2011. Konseling Keluarga. Yogyakarta :
              Pustaka Pelajar
Nurihsan, Achmad, Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT
              Refika Aditama
Prayitno, H. 2001. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling Di
              Sekolah.  Jakarta : PT Rineka Cipta
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
              Integrasi). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar