Makalah Bimbingan Dan Konseling
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji hanya milik Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya dan atas kehendak-Nya makalah ini dapat diselesaikan.
Sholawat beriring salam, semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Agung Muhammad SAW manusia termulia sepanjang zaman.
Makalah ini sengaja
dibuat penulis untuk memenuhi tugas. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis
banyak mengalami kesulitan. Namun berkat bimbingan dari berbagai pihak akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan pembuatan makalah ini agar dapat
terwujud dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari
upaya lanjut untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu. Oleh karena itu segala
saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan di masa mendatang. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita
semua.
Pekalongan, 4 Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1.
Latar Belakang............................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah........................................................................ 2
1.3
Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
2.1 Pengertian
Bimbingan Konseling ................................................ 3
2.2 Konsep
Bimbingan Konseling...................................................... 5
2.3 Tujuan,
Prinsip dan Fungsi Bimbingan Konseling ...................... 7
2.4
Urgensi Bimbingan Konseling dalam Pendidikan ...................... 13
2.5
Ragam Bimbingan Menurut Masalah .......................................... 17
2.6 Ragam
Layanan Bimbingan ........................................................ 21
2.7 Ragam
Pendekatan Bimbingan.................................................... 26
2.8 Ragam
Teknik Bimbingan............................................................ 27
2.9 Mekanisme Kegiatan Pengawasan
Bimbingan Koseling Di Sekolah 31
2.10
Strategi dan Intervensi Konseling.............................................. 35
BAB III PENUTUP......................................................................................... 44
3.1
Simpulan....................................................................................... 44
3.2 Saran............................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 48
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebutuhan akan
bimbingan konseling sangat dipegaruhi oleh faktor filosofi, psikologi, sosial
budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Latar belakang filosofi berkaitan dengan pandangan tentang hakikat
manusia. Salah satu aliran filsafat yang berpengaruh besar terhadap timbulnya
semangat memberikan bimbingan adalah
filsafat humanisme, yaitu bahwa manusia memiliki potensi untuk dapat
dikembangkan seoptimal mungkin. Latar belakang psikologi berkaitan erat dengan
proses perkembangan manusia yang sifatnya unik, berbeda dari individu lain. Implikasi
dari keragaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan
untuk memilih dan mengembangkan diri sesuai dengan keunikan atau tiap-tiap
potensi. Dari sisi keunikan dan keragaman individu, diperlukan bimbingan untuk
mencapai perkembangan yang sehat di dalam lingkungannya.
Kehidupan sosial
budaya suatu masyarakat adalah sistem terbuka . Keterbukaan ini mendorong
terjadinya pertumbuhan, pergeseran dan perubahan nilai dalam masyarakat yang
akan mewarnai cara berpikir dan perilaku individu. Bimbingan konseling membantu
individu memelihara, menginternalisasi, memperhalus dan memaknai nilai sebagai
landasan dan arah pengembangan diri.
Akibat kemajuan
IPTEK yang sangat pesat. Kesempatan kerja berkembang dengan cept pula sehingga
para siswa memerlukan bantuan dari pembimbing untuk menyesuaikan minat dan
kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia kerja ang selalu berubah dan meluas.
Pemikiran inilah
yang menjadi latar belakang betapa pentingnya seorang guru mampu memahami dari
bimbingan konseling yang kemudian dapat dijadikan sebagai transformasi kepada
peserta didik untuk memunculkan kesadaran akan pentingnya bimbingan konseling
tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
2.1
Apa yang dimaksud dengan bimbingan
konseling?
2.2
Bagaimana konsep bimbingan
dan kosneling?
2.3
Apa tujuan, prinsip dan
fungsi bimbingan konseling?
2.4
Apa urgensi bimbingan
konseling dalam pendidikan?
2.5
Apa saja ragam bimbingan
menurut masalah?
2.6
Apa saja ragam layanan
bimbingan?
2.7
Apa saja ragam pendekatan
bimbingan?
2.8
Apa saja ragam teknik
bimbingan?
2.9
Bgaimana mekanisme kegiatan
pengawasan bimbingan konseling di sekolah?
2.10 Bagaimana strategi dan intervensi konseling?
1.3
Tujuan Penulisan
3.1
Mengetahui pengertian
bimbingan konseling
3.2
Mengetahui konsep bimbingan
konseling
3.3
Mengetahui tujuan, prinsip
dan fungsi bimbingan konseling
3.4
Mengetahui urgensi bimbingan
konseling dalam pendidikan
3.5
Mengetahui ragam bimbingan
konseling menurut masalah
3.6
Mengetahui ragam layanan
bimbingan
3.7
Mengetahui ragam pendekatan
bimbingan
3.8
Mengetahui ragam teknik
bimbingan
3.9
mengetahui mekanisme
kegiatan pengawasan bimbingan konseling di sekolah
3.10 Mengetahui strategi dan intervensi konseling
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Bimbingan
Konseling
2.1.1 Pengertian Bimbingan
Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para
ahli bidang bimbingan konseling memberikan
pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian, pengertian yang mereka sajikan
memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian
bantuan.
Definisi atau pengertian Bimbingan menurut beberapa ahli sebagai berikut
:
1.
Menurut Prayitno & Erman Amti (1994:99) Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada
seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa
agar orang-orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri
dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan
dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
2.
Menurut Rochman Natawidjaja (1981) Bimbingan adalah
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia
sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan
keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap
kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (Winkel
& Sri Hastuti 2007:29).
3.
Menurut Bimo Walgito (1982 : 11) bimbingan adalah
bantuan atau pertolongan yang di berikan kepada individu atau sekumpulan
individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam
kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat
mencapai kesejahteraan hidupnya.
4.
Menurut Miller (1961) menyatakan bahwa bimbingan
merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan
pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri yang
dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah
(dalam hal ini termasuk madarasah), keluarga, dan masyarakat.
5.
Menurut Moegiadi (1970) bimbingan berarti suatu proses
pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal: memahami diri
sendiri; menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan;
memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri
dan tuntutan dari lingkungan (Winkel & Sri Hastuti 2007:29).
6.
Donald G.Mortensen dan Alan M. Schmuller (1976)
menyatakan, “Guidance may be defined as that part of the total educational program that helps provide the personal
apportunities and specializedstaff services by which each individual can
develop to the fullest of his abilities and capacities in term of the
democratic idea”.
2.1.2 Pengertian
konseling
Definisi Konseling menurut
beberapa ahli sebagai berikut :
1.
Menurut Bimo Walgito (1982:11) menyatakan bahwa
konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individhu dalam memecahkan
masalah kehidupanya dengan wawancara, dengan cara yang sesuai dengan keadaan
individhu yang dihadapinya untuk mencapai hidupnya.
2.
Menurut James P. Adam yang dikutip oleh Depdikbud
(1976:19) Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang
individu antara seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia
dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubunganya dengan masalah hidup yang
dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.
3.
Menurut Smith,dalam Shertzer & Stone,1974 ,
konseling merupakan suatu proses dimana konselor membantu konselor membuat
interprestasi – interprestasi tetang fakta-fakta yang berhubungan dengn
pilihan,rencana,atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuat.
4.
Shertzer dan Stone (1980) menyimpulkan bahwa
“Counseling is an interaction process which facilitates meaningful
understanding of self and environment and result in the establishment and/or clarification
of goals and values of future behavior.
Jadi, dapat disimpulkan
bahwa pengertian bimbingan konseling yaitu suatu bantuan yang
diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah
yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya
seoptimal mungkin secara mandiri.
2.2
Konsep Bimbingan dan
Konseling
2.2.1
Konsep bimbingan
1.
Tujuan bimbingan
Tujuan pemberian
layanan bimbingan yaitu agar individu dapat :
a. merencanakan
kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier, serta kehidupannya pada masa
yang akan datang.
b. mengembangan
seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.
c. menyesuaikan
diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan
kerjanya.
d. mengatasi
hambatan serta kesulitan yang dihadapi.
2. Fungsi
bimbingan
a.
Fungsi pengembangan, merupakan fungsi bimbingan dalam mengembangkan seluruh potensi
dan kekuatan yang dimiliki individu.
b.
Fungsi penyaluran, merupakan fungsi bimbingan dalam
membantu individu memilih dan memantapkan penguasaan karier yang sesuai dengan
minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
c.
Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana
pendidikan, khususnya guru/dosen, wali kelas untuk menyesuaikan program
pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan
siswa. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai sisa, pembimbing
dapat membatu para guru dalam memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam
memilih dan menyusun materi, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun
menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan siswa.
3.
Prinsip-prinsip bimbingan
a.
Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar
mereka dapt membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
b.
Bimbingan berfokus pada individu yang dibimbing.
c.
Dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan
oleh individu yang akan dibimbing.
d.
Bimbingan harus luwes sesuai kebutuhan.
e.
Program bimbingan dalam lembaga tertentu harus sesuai
dengan program pada lembaga yang bersangkutan.
f.
Dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian dalam
bidang bimbingan.
2.2.2
Konsep Konseling
1.
Tujuan Konseling
a.
Mengadakan perubahan pada diri klien sehingga
memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan.
b.
Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif.
c.
Penyelesaian masalah.
d.
Mencapai keefektivan pribadi.
e.
Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang
penting bagi dirinya.
Jadi, dapat disimpulkan,
kosep bimbingan meliputi : tujuan yaitu, memberi layanan terhadap klien agar
dapat mengembangkan masa depannya; fungsi yaitu, fungsi pengembangan, fungsi
penyaluran, fungsi adaptasi dan fungsi penyesuaian; dan prinsip.
Sedangkan konsep konseling
meliputi tujuannya, yaitu agar konseli mampu memahami diri dan lingkungan,
mampu membuat keputusan menyelesaikan masalah konselor.
2.3
Tujuan, Prinsip dan
Fungsi Bimbingan Konseling
2.3.1 Tujuan Bimbingan Konseling
Tujuan bimbingan konseling adalah membantu idividu
dalam mencapai :
1.
Membantu mengembangkan
kualitas kepribadian individu yang dibimbing.
2.
Membantu mengembangkan
kualitas kesehatan mental klien.
3.
Membantu mengembangkan
perilaku-perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya.
4.
Membantu klien menanggulangi
problema hidup dan kehidupannya secara mandiri.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, klien
harus mendapatkan kesempatan untuk :
1. Memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya.
2. Mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya kearah tingkat
perkembangan yang optimal.
3. Mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.
4. Mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang objektif
tentang dirinya.
5. Dapat menyesuaikan diri
secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya
sehingga memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.
6. Mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
7. Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan perilaku yang tidak sesuai.
2.3.2
Prinsip Bimbingan Konseling
Prinsip-prinsip
yang dimaksud adalah hal-hal yang menjadi pegangan dalam proses bimbingan konseling.
Prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofi tentang kemanusiaan yang
menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut :
1.
Bimbingan diperuntutkan bagi semua individu (guidance is for all
individuals)
Prinsip ini
berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu, baik yang tidak
bermasalah maupun yang bermasalah. Pendekatan yang digunakan dalam bimbingan
lebih bersifat preventif dan pengembangan daripada penyembuhan (kuratif) dan
lebih diutamakan teknik kelompok daripada perseorangan (individual).
2.
Bimbingan bersifat individualisasi
Setiap
individu bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan
individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip
ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah individu,
meskipun layanan bimbingannya menggunakan kelompok.
3.
Bimbingan menekankan hal yang positif
Bimbingan
merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena
bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri
sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4.
Bimbingan merupakan usaha bersama
Bimbingan
bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru dan
kepala sekolah. Mereka dalam teamwork juga terlibat dalam proses bimbingan.
5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam
bimbingan
Bimbingan
diarahkan unutk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan mengambil
keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat
kepada individu, itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan.
Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi
individu untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri dan menyempurnakan tujuan
melalui pengambilan keputusan yang tepat.
6.
Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan
Pemberian
layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan
keluarga dan masyarkat pada umumnya. Bidang layanan bimbinganpun bersifat multi
aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan dan pekerjaan.
2.3.3
Fungsi Bimbingan Konseling
Dalam
kelangsungan proses bimbingan konseling,
terdapat berbagai pelayanan yang sengaja diciptakan dan diselenggarakan.
Keuntungan ataupun jasa yang diperoleh dari adanya suatu pelayanan merupakan
hasil dari fungsi sebuah pelayanan. Suatu pelayanan dikatakan tidak akan
berfungsi jika ia tidak bisa memperlihatkan kegunaan ataupun tidak bisa
memberikan manfaat atau keuntungan tertentu. Dalam bimbingan konseling, fungsi
bimbingan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat. Ataupun
keuntungan-keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut.
Berikut ini adalah beberapa fungsi bimbingan konseling, yaitu sebagia berikut :
1. Fungsi
Pemahaman
Fungsi bimbingan
konseling dimana klien diharapkan mampu memahami segala potensi yang
dimilikinya, lingkungan sekitar klien, serta permasalahan yang sedang
dihadapinya. Fungsi pemahaman adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan
kepentingan pengembangan klien. Pemahaman sangat perlu
dihasilkan oleh pelayanan bimbingan konseling adalah pemahaman
tentang diri klien beserta permasalahannya oleh klien sendiri dan oleh
pihak-pihak yang akan membantu klien (konselor), serta pemahaman tentang
lingkungan klien dan klien.
2. Fungsi
Pencegahan
Fungsi pencegahan adalah fungsi bimbingan konseling
yang akan menghasilkan terhindarnya klien dari berbagai permasalahan yang
mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan
kesulitan tertentu dalam perkembangannya. Layanan bimbingan dapat
berfungsi pencegahan artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah.
Bagi konselor profesional yang misi tugasnya dipenuhi dengan perjuangan untuk
menyingkirkan berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangan individu,
pencegahan tidak sekedar merupakan ide yang bagus, tetapi adalah suatu
keharusan yang bersifat etis (Horner & Mc.Elhaney, 1993). Oleh karena itu
pelaksanaan fungsi pencegahan bagi konselor merupakan bagian dari tugas
kewajibannya yang amat penting.
Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang diberikan
berupa bantuan bagi klien agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat
menghambat perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat berupa
program orientasi, program bimbingan karier, inventarisasi data, dan
sebagainya. Berikut ini adalah arah upaya pencegahan yang perlu dilakukan
oleh konselor, yaitu:
a.
Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak negatif
terhadap individu yang bersangkutan.
b.
Mendorong perbaikan kondisi pada diri pribadi klien.
c.
Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan dan
mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya.
d.
Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan
resiko yang besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberikan manfaat.
e.
Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.
3. Fungsi
Pengentasan
Walaupun
fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun mungkin saja klien masih
menghadapi masalah-masalah tertentu. Individu yang mengalami masalah akan
merasa ada sesuatu yang tidak nyaman pada dirinya. Klien yang mengalami masalah
akan datang pada konselor dengan tujuan untuk dituntaskannya masalah yang tidak
mengenakkan dari dirinya. Di sinilah fungsi pengentasan (perbaikan) itu
berperan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami klien.
Upaya
pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara perorangan, sebab setiap
masalah adalah unik. Masalah-masalah yang dihadapi individu yang berbeda tidak
boleh disamakan. Dengan demikian penanganannyapun harus secara unik disesuaikan
terhadap kondisi masing-masing dari masalah itu. Untuk itu konselor perlu
memiliki ketersediaan dari berbagai bahan dan keterampilan dalam menangani
berbagai masalah yang beraneka ragam.
4. Fungsi
Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi
pemeliharan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri
individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang
telah dicapai selama ini. Pemeliharaan yang demikian itu adalah pemeliharaan
yang membangun, pemeliharaan yang memperkembangkan. Oleh karena itu fungsi
pemeliharaan dan pengembangan tidak dapat dipisahkan. Dalam pelayanan bimbingan
dan konseling, fungsi pemeliharaan dan pengembangan dilaksanakan melalui
berbagai pengaturan, kegiatan, dan program.
Fungsi
pemeliharaan dan pengembangan ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling
yang diberikan dapat membantu para klien dalam memelihara dan mengembangkan
keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi
ini hal – hal yang dipandang positif dijaga agar tetap baik dan mantap. Dengan
demikian klien dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi
yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Jika
memperhatikan kaitan anatara ketiga fungsi bimbingan dan konseling, fungsi
pemeliharaan dan pengembangan tampaknya bersifat lebih umum dan dapat terkait
pada ketiga fungsi lainnya. Jika dikaji lebih jauh, dapatlah dimengerti bahwa
“pemeliharaan” dalam arti yang luas dan pelayanan pemuliaan manusia, khususnya
bimbingan dan konseling. Dengan demikian, sewaktu konselor menjalankan fungsi
pemahaman, pencegahan dan pengentasan, ia perlu menyadari bahwa pelayanan yang
diberikannya itu sebenarnya juga mengemban fungsi pemeliharaan dan
pengembangan. Pemeliharaan dan pengembangan segenap potensi individu dalam
keempat dimensi kemanusiaan.
Jadi, dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan konseling memiliki tujuan untuk membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu
yang dibimbing, membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental klien, membantu mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih
efektif pada diri individu dan lingkungannya, membantu klien menanggulangi
problema hidup dan kehidupannya secara mandiri.
Bimbingan konseling juga mempunyai prinsip diantaranya
adalah, bimbingan diperuntukkan bagi semua individu, bimbingan bersifat
individualisasi, bimbingan menekankan hal yang positif, bimbingan merupakan
usaha bersama, pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam
bimbingan, bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan.
Fungsi bimbingan konseling diantaranya, fungsi
pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan
pengembangan.
2.4
Urgensi Bimbingan
Konseling dalam Pendidikan
Ada pernyataan bahwa bimbingan
identik dengan pendidikan. Artinya apabila seseorang melakukan kegiatan
mendidik berarti ia juga sedang membimbing, atau sebaliknya apabila seseorang
melakukan aktivitas membimbing, berarti ia juga sedang mendidik. Berkenaan
dengan pernyataan di atas, timbul pertanyaan : “ Mengapa pelayanan bimbingan
konseling diperlukan dalam dunia pendidikan?”. Paparan berikut ini mencoba
menjawab pernyataan di atas.
Ada beberapa alasan mengapa
pelayanan bimbingan konseling diperlukan dalam pendidikan, diantaranya adalah :
2.4.1
Perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK sangat berpengaruh dalam dunia
pendidikan khususnya dalam lingkup sekolah. Oleh karena itu, sebagai lembaga formal, sekolah bertanggung
jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu menyesuaikan diri di
dalam masyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya.
proses pembelajaran di dalam kelas memiliki waktu yang
terbatas. Di satu sisi pendidik dituntut untuk menyampaikan pengetahuan seluass-luasnya
kepada peserta didik. Di sisi lain, sesuai fungsinya sebagai pembimbing, guru
juga dituntut untuk membantu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh
peserta didik dalam proses pembelajaran. Merupakan hal yang sangat sulit
apabila keduanya dilakukan pada saat yang bersamaan ketika melakukan proses
pembelajaran. Untuk itu perlu adanya layanan bimbingan konseling di luar
kegiatan proses pembelajaran guna membantu peserta didik memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapinya.
2.4.2
Makna dan Fungsi Pendidikan
Kebutuhan akan layanan bimbingan konseling dalam pendidikan
berkaitan erat dengan makna dan fungsi pendidikan dalam keseluruhan aspek
kehidupan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya untuk membentuk manusia
yang lebih berkualitas. Kualitas manusia yang dimaksud adalah pribadi yang
paripurna, yaitu pribadi yang serasi, selaras dan seimbang dalam aspek
spiritual, moral, sosial, intelektual, fisik dan sebagainya.
Makna dari pernyataan di atas adalah bahwa inti tujuan
pendidikan adalah terwujudnya kepribadian yang optimal dari setiap peserta
didik. tujuan inilah yang ingin dicapai oleh layanan bimbingan konseling. Untuk
mencapai tujuan tersebut, setiap kegiatan pendidikan hendaknya diarahkan unutk
tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai potensi dan
karakteristiknya masing-masing. Guna mewujudkan pribadi yang berkembang
optimal, kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh, yaitu meliputi
kegiatan yang menjamin bahwa setiap peserta didik secara pribadi memperoleh
layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal. Dalam kaitan ini,
bimbingan konseling mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan,
yaitu membantu setiap pribadi peserta
didik agar berkembang secara optimal.
2.4.3
Guru
Tugas dan tanggung jawab utama guru sebagai pendidik adalah
mendidik sekaligus mengajar, yaitu membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan. Salah satu peran guru
dilihat secara psikologis yaitu, sebagai petugas kesehatan mental. Dalam peran
ini, guru bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan, khususnya kesehatan
mental. Guru juga berperan sebagai direktur pembelajaran, yaitu guru berupaya
mengarahkan aktivitas siswa sehingga terjadi proses belajar untuk merubah
tingkah laku siswa menjadi lebih baik.
Berkenaan dengan peran guru sebagai direktur pembelajaran,
guru hendaknya senantiasa berusaha untuk menumbuhkan, memelihara dan
meningkatkan motivasai siswa untuk belajar. Dalam kaitan ini juga, guru
mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan proses belajar.
Guna mewujudkan fungsi dan peran di atas, merupakan suatu
keniscayaan bagi setiap calon guru dan guru untuk menguasai bimbingan
konseling. Dalam kaitan ini, pentingnya bimbingan konseling dalam pendidikan,
setidaknya didasarkan atas tiga alasan, yaitu pertama, pendidikan pada
hakikatnya merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian individu.
Kedua, pendidikan senantiasa berkembang secara dinamis, karena selalu terajdi
perubahan dan penyesuaian dalam berbagai komponennya. Ketiga, pada hakikatnya
guru mempunyai peranan yang luas tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai
pendidik.
2.4.4
Faktor Psikologis
Beberapa masalah psikologis yang menjadi latar belakang
perlunya layanan bimbingan konseling di sekolah yaitu, Pertama Masalah
perkembangan individu. Peserta didik yang di bimbing merupakan individu yang
sedang berada dalam proses perkembangan menuju kedewasaan. Agar tercapai
perkembangan yang optimal memerlukan asuhan yang terarah. Melalui layanan bimbingan
konseling, peserta didik dibantu agar dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya secara baik.
Kedua, masalah perbedaan individu.
Di sekolah masalah perbedaan individu tampak jelas seperti adanya peserta didik
yang pintar atau cerdas, cepat dan lambat dalam belajar, berbakat, kreatif dan lain
sebagainya. Selain itu, perbedaan individu juga bisa menimbulkan masalah bagi peserta
didik itu sendiri maupun bagi lingkungan. Sekolah hendaknya memberikan bantuan
kepada peserta didik dalam menghadapi masalah sehubungan dengan perbedaan
individu melalui program bimbingan konseling.
Ketiga, Masalah kebutuhan individu.
tingkah laku individu berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhannya, artinya
dalam rangka memenuhi kebutuhan, akan muncul perilaku tertentu dari individu.
Apabila individu mampu memenuhi kebutuhannya ia akan merasa puas, sebaliknya
apabila ia tidak mampu memenuhi kebutuhannya akan menimbulkan masalah baik bagi
dirinya maupun lingkungannya. Tidak semua individu mampu memenuh kebutuhannya
secara sendiri. Demikian juga halnya peserta didik yang tidak akan mampu
memenuhi kebutuhan belajarnya secara sendiri. Upaya memenuhi kebutuhan peserta
didik di sekolah dapat diwujudkan melalui program pelayanan bimbingan
konseling.
Keempat, Masalah penyesuaian diri.
Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungannya baik di sekolah,
di rumah, maupun di tengah-tengah masyarakat. Apabila individu tidak mampu
menyesuaikan diri, maka akan timbul banyak masalah. Selain itu apabila peserta
tidak mampu menyesuaikan diri secara baik, akan berpeluang untuk mengalami
kegagalan dalam proses pendidikan dan pembelajarannya. Dalam kondisi seperti
ini, sekolah hendaknya memberiksan bantuan agar setiap siswa dapat menyesuaikan
diri secara baik dan terhindar dari gejala perilaku maladjusted atau
maladaptif. Upaya memberikan bantuan kepada peserta didik yaitu melalui
pelayanan bimbingan konseling.
Kelima, masalah belajar. Diantara
masalah belajar yang dihadapi peserta didik diantaranya, pengaturan waktu
belajar, memilih cara belajar yang tepat, menggunakan buku-buku pelajaran,
belajar kelompokm memilih peljaran yang cocok, memilih studi lanjutan,
kesulitan konsentrasi, mudah lupa, mempersiapkan ujian dan lain sebagainya.
Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa pelayanan bimbingan
konseling sangat diperlukan dalam dunia pendidikan karena Perkembang IPTEK,
makna dan fungsi pedidikan, guru dan faktor psikologi.
2.5
Ragam Bimbingan
Menurut Masalah
Dilihat
dari masalah seseorang atau individu, ada empat jenis bimbingan menurut
masalahnya, yaitu Bimbingan Akademik, Bimbingan Sosial Pribadi, Bimbingan
Karir, dan Bimbingan Keluarga. Untuk lebih jelasnya akan di jabarkan satu
persatu mengenai ke empat bimbingan diatas
2.5.1
Bimbingan Akademik
Bimbingan akademik, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para
individu dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah akademik. Adapun
yang termasuk maslah-masalah akademik, yaitu pengenalan kurikulum, pemilihan
jurusan atau konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas-tugas latihan,
pencarian serta penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan
lain sebagainya.
Bimbingan akademik dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar
mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Para pembimbing
membantu individu mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang
efektif, membantu individu agar sukses dalam belajar dan mampu menyesuaikan
diri terhadap semua tuntutan program atau pendidikan. Dalam bimbingan akademik,
para pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik
yang diharapkan.
2.5.2
Bimbingan Sosial Pribadi
Bimbingan sosial pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu
dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial pribadi. Yang tergolong dalam
masalah-masalah sosial pribadi adalah masalah hubungan dengan sesama teman,
dosen, serta staf. Pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan
lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, serta penyelesaian
konflik.
Bimbingan sosial pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan
mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya.
Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang
seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam
permasalahan yang dialami oleh individu.
Bimbingan sosial pribadi diberikan dengan cara menciptakan lingkungan
yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pemahaman
diri, dan sikap-sikap yang positif, serta keterampilan-keterampilan sosial
pribadi yang tetap.
2.5.3
Bimbingan Karier
Bimbingan karier, yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam
perencanaan, pengembangan, dan penyelesaian maslah-masalah karier, seperti
pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan
kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan
karier, penyesuaian pekerjaan, dan penyelesaian masalah-maslah karier yang
dihadapi.
Bimbingan karier juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan
individu sebagai bagian integral dari program pendidikan. Bimbingan karier
terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif, afektif, ataupun keterampilan
individu dalam mewujudkan konsep diri yang positif, memahami proses pengambilan
keputusan, ataupun perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang akan membantu
dirinya memasuki sistem kehidupan sosial budaya yang terus-menerus berubah.
Bimbingan karier membantu individu mempersiapkan pekerjaan atau jabatan,
membantu individu pada saat bekerja, dan membantu individu setelah pensiun dari
pekerjaan. Dengan kata lain, bimbingan karier
membantu individu mengembangkan kariernya sepanjang hayat.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa bimbingan karier
merupakan upaya bantuan terhadap individu agar dapat mengenal dan memahami
dirinya, mengenal dunia kerjanya, dan mengembangkan masa depannya yang sesuai
dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan. Lebih lanjut dengan layanan
bimbingan karier, individu dapatmengambil keputusan secara tepat dan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya sehingga mampi mewujudkan
dirinya secara bermakna.
2.5.4
Bimbingan Keluarga
Bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu
sebagai pemimpin atau anggota keluarga agar mereka mampu menciptakan kelurga
yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri dengan norma keluarga, serta
berperan atau berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang
bahagia.
Bimbingan kelurga juga membantu individu yang akan berkeluarga memahami
tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga sehingga individu siap
menghadapi kehidupan berkeluarga. Bimbingan keluarga juga membantu anggota
keluarga dengan berbagai strategi dan teknik berkeluarga yang sukses,
harmonis, dan bahagia. Agar kebutuhan-kebutuhan keluarga seperti
keamanan dan keselamatan, kesejahteraan ekonomi dan materi, kesejahteraan
psikologi,fisik, dan emosional, serta kebutuhan- kebutuhan spiritual dapat
terpenuhi dalam suatu keluarga.
Bimbingan keluarga juga sangat disarankan apabila suatu keluarga
membutuhkan pemecahan dalam menghadapi masalah dalam kelurganya. Yaitu menurut
model McMaster, epemecahan maslah terjadi dalam tujuh tahap, yaitu:
1.
Mengenali maslah
2.
Mengomunikasikan masalah kepada orang yang tepat
3.
Mengembangkan tindakan alternatif
4.
Memutuskan satu tindakan khusus
5.
Mengambil tindakan
6.
Memantau tindakan
7.
Mengevaluasi keberhasilan tindakan itu.
Proses-proses pemecahan
masalah keluarga dapat dilihat pada sautu kontinum menyangkut kemampuan
keluarga untuk memecahkan masalah, sehingga dibutuhkanlah bimbingan keluarga.
jadi dapat disimpulkan bahwa
ragam bimbingan konseling terdiri dari : bimbingan akademik, bimbingan sosial
pribadi, bimbingan karir, bimbingan keluarga.
2.6
Ragam Layanan Bimbingan
Berdasarkan ragam layanan dalam bimbingan konseling dibedakan
empat jenis layanan utama, yaitu layanan dasar bimbingan, layanan responsif,
layanan perencanaan individual, dukungan sistem, pengumpulan data, pemberian
informasi, bantuan penempatan, konseling, referal, serta evaluasi dan tindak
lanjut Keragaman layanan bimbingan
tersebut akan dijelaskan satu persatu.
2.6.1 Layanan
Dasar Bimbingan
Layanan dasar bimbingan adalah
layanan bimbimgan yang bertujuan membantu para individu mengembangkan
perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan hidupnya yang mengacu pada
tugas-tugasperkembangan. Layanan dasar bimbingan ini ditujukan untuk seluruh
individu, dilaksanakan dengan menggunakan strategi bimbingan klasikal dan dinamika
kelompok.
Berikut ini
contoh isi layanan dasar bimbingan untuk orang dewasa, yaitu:
1.
Memiliki tanggung jawab sosial dan kewarganegaraan
secara lebih dewasa,
2.
Membantu anak-anak dan pemuda, khususnya anak
kandungnya sendiri agr berkembang menjadi orang dewasa yang bahagia dan
bertanggung jawab,
3.
Mengembangkan aktivitas dan memanfaatkan waktu luang
sebaik-baiknya bersama orang dewasa lainnya,
4.
Menghubungakan diri sedemikian rupa dengan
pasangannya, yakni suami istri sebagai seorang pribadi yang utuh,
5.
Menerima dan menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa setengah baya,
6.
Melaksanakan dan menampilkan unjuk kerja yang cukup
baik dalam profesi dan jabatan, serta
7.
Menyesauikan diri dengan perikehidupan dengan
orang-orang berusia lanjut, khususnya dalam cara bersikap dan bertindak.
2.6.2 Layanan
Responsif
Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu
memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh individu saat ini.
Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif. Strategi yang
digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi. Isi
layanan responsif ini adalah bidang:
1.
pendidikan
2.
belajar
3.
sosial
4.
pribadi
5.
karier
6.
tata tertib disekolah
7.
narkotika dan perjudian
8.
perilaku seksual, serta
9.
kehidupan lainnya.
Dalam bidang pendidikan,
layanan responsif terkait dengan layanan mengatasi maslah kesulitan dalam
memilih pendidikan, jurusan, program studi yang cocok dengan minat,bakat, dan
ciri-ciri kepribadian yang lainnya.
Dalam bidang belajar,
layanan responsif terkait dengan layanan mengatasi masalah kesulitan dalam
belajar, mengatur cara belajar, memprioritaskan pelajaran, serta strategi dan
teknik belajar.
Dalam bidang sosial, layanan
responsif terkait dengan layanan mengatasi masalah kesulitan dalam hubungan
sosial, kesulitan menyesuaikan dengan lingkungan keluarga, tetangga, teman,
sekolah, dan masyarakat.
Dalam bidang pribadi,
layanan responsif terkait dengan layanan mengatasi masalah kesulitan dalam
mengatasi konflik internal pribadi, kesulitan dalam mengambil keputusan, dan
kesulitan dalam mengendalikan diri serta mengarahkan diri.
Dalam bidang karier, layanan
responsif terkait dengan layanan mengatasi masalah kesulitan dalam memilih
pekerjaan yang cocok dengan minat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya,
kesulitan dalam memenuhi kriteria atau syarat dari suatu pekerjaan dan
kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan.
2.6.3 Layanan
Perencanaan Individual
Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang bertujuan
membantu individu membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan,
karier, dan sosial pribadinya. Membantu individu memantau dan memahami
pertumbuhan dan perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan
mengimplementasikan rencana-rencananya sesuai dengan pemantauan dan
pemahamannya. Teknik bimbingannya adalah konsultasi dan konseling. Isi layanan
perencanaan individual adalah :
1.
Bidang pendidikan dengan topik-topik belajar yang
efektif, belajar memantapkan program keahlian yang sesuai dengan bakat, minat,
dan karakteristik kepribadian lainnya,
2.
Bidang karier dengan topik-topik mrngidentifikasi
kesempatan karier yang ada di lingkungan masyarakat, mengembangkan sikap
positif terhadap dunia kerja, dan merencanakan kehidupan kariernya,
3.
Bidang sosial pribadi dengan topik mengembangkan
konsep diri yang positif, mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial yang
tepat, belajar menghindari konflik dengan teman, dan belajar memahami perasaan
orang lain.
2.6.4 Layanan
Dukungan Sistem
Layanan Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan
memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh
melalui pengembangan profesional, hubungan masyarakat dan staff, konsultasi
dengan guru, staf ahli atau penasihat, dari masyarakat yang lebih luas,
manajemen program, serta penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990)
2.6.5 Layanan
Pengumpulan Data
Agar para pembimbing dan dosen
lebih mudah memahami potensi dan kekuatan, serta masalah yang dihadapi
individu, diadakan layanan pengumpulan data. Dalam layanan ini, semua data
tentang individu beserta latar belakangnya dihimpun dan didokumentasikan. Data
himpunan dari berbagai sumber dengan menggunakan angket, wawancara, observasi,
studi dokumenter, dan tes.
Data yang dihimpun diantaranya data pribadi, keluarga, sosial, budaya,
agama, status ekonomi, prestasi, kecerdasn intelektual, kecerdasan emosional,
kecerdasan spiritual, ketahan malangan, ketekunan, kerajinan, dan sebagainya.
2.6.6 Layanan
Informasi
Layanan informasi merupakan layanan memberi informasi yang dibutuhkan
oleh individu. Tujuan layanan ini adalah agar
individu memiliki pengetahuan (informasi) yang memadai, baik tentang
dirinya maupun tentang lingkungannya, lingkungan perguruan tinggi, masyarakat,
serta sumber-sumber belajar termasuk internet. Informasi yang diperoleh
individu sangat diperlukan agar individu lebih mudah dalam membuat perencanaan
dan mengambil keputusan.
2.6.7 Layanan
Penempatan
Layanan penempatan merupakan layanan untuk membantu individu dalam
memperoleh tempat bagi pengembangan potensi yang dimilikinya. Tujuan layanan
ini adalah agar setiap individu dapat mengembangkan diri secara optimal sesuai
dengan potensi dan kekuatan yang dimilikinya. Setiap individu diharapkan
menempati kelompok, jurusan, program studi, serta saluran kegiatan yang
memungkinkan mereka mengembangkan segala kemampuan pribadinya.
2.6.8 Layanan
Konseling
Layanan konseling merupakan layanan untuk membantu individu menyelesaikan
masalah-masalah, terutama masalah sosial pribadi yang mereka hadapi. Layanan
ini bersifat terapeutik dan hanya dapat diberikan oleh pembimbing yang memiliki latar belakang pendidikan di
bidang bimbingan dan konseling atau psikologi.
Layanan konseling ini dilakukan melalui proses interaksi yang bersifat
pribadi antara konselor dan konseli. Konselor memfasilitasi lingkungan
psikologis konseli sehingga konseli dapat mengembangkan potensinya sebaik
mungkin dan mampu mengatasi masalah yang di hadapinya sebaik mungkin.
2.6.9 Layanan
Referal
layanan referal merupakan layanan untuk melimpahkan masalah yang dihadapi
individu kepada pihak lain yang lebih mampu dan berwenang, apabila masalah yang
ditangani pembimbing di luar kemampuan dan kewenangan personal pemberi bantuan
yang ada.
2.6.10
Layanan Evaluasi dan Tindak Lanjut
Untuk menilai pelaksanaan dan keberhasilan layanan bimbingan yang di
berikan, diadakan evaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut diadakan
upaya-upaya tindak lanjut untuk menyempurnakannya.
Layanan evaluasi ini menyangkut evaluasi proses ataupun evaluasi hasil
pelaksanaan bimbingan. Evaluasi proses menilai sejauh mana keterlaksanaan
program bimbingan dan konseling itu didukung atau tidak oleh komponen-komponen
yang terkait dengan sumber pelaksana, biaya, fasilitas, dan manajemen. Adapun
evaluasi hasil menilai sejauh mana pelaksanaan bimbingan itu efektif memenuhi
harapan berbagai pihak, guru, kepala sekolah, peserta didik, wali kelas, orang
tua, dan anggota masyarakat.
jadi, dapat disimpulkan bahwa ragam layanan bimbingan terdiri dari :
layanan pengumpulan data, layanan informasi, layanan penempatan, layanan
konseling, layanan referal, dan layanan evaluasi dan tindak lajut.
2.7
Ragam Pendekatan
Bimbingan
Dilihat dari
pendekatanya, bimbingan dibedakan atas empat pendekatan, yaitu :
2.7.1 Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis disebut juga pendekatan kuratif merupakan upaya
bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah.
Bimbingan ini bertujuan mengatasi krisis atau masalah-masalah yang dialami
individu. Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikoanalisis. Psikoanalisis
menekankan pengaruh peristiwa-peristiwa masa lampau sebagai hal yang menentukan
bagi berfungsinya kepribadian individu saat ini.
2.7.2 Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial merupakan pendidikan bimbingan yang diarahkan kepada
individu yang mengalami kelemahan atau kekurangan. Tujuan bimbingan ini adalah
untuk membantu memperbaiki kekurangan / kelemahan yang di alami individu.
Pendekatan remedial banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi behavioristik.
Psikologi behavioristik menekankan perilaku individu di sini dan saat ini.
2.7.3 Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang diarahkan pada antisipasi
masalah-masalah umum individu, mencegah jangan sampai masalah tersebut menimpa
individu. Pendekatan preventif tidak didasari oleh teori tertentu yang khusus.
Pendekatan ini mempunyai banyak teknik, tetapi hanya sedikit konsep.
2.7.4 Pendekatan Perkembangan
Pendekatan perkembangan menekankan pada pengembangan potensi dan kekuatan
yang ada pada individu secara optimal. Dalam pendekatan ini, layanan bimbingan
diberikan kepada semua individu, bukan hanya pada individu yang menghadapi
masalah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, ragam pendekatan bimbingan
terdiri atas : pendekatan krisis, pendekatan remedial, pendekatan preventif dan
pendekatan perkembangan.
2.8
Ragam Teknik
Bimbingan
Ada
beberapa macam teknik bimbingan yang dapat digunakan untuk membantu
perkembangan individu, yaitu :
2.8.1
Konseling
Konseling
merupakan bantuan yang bersifat terapeutik yang diarahkan untuk mengubah sikap
perilaku individu. Dalam konseling terdapat hubungan yang akrab dan dinamis.
Individu merasa diterima dan dimengerti oleh konselor. Dalam hubungan tersebut,
konselor menerima individu secara pribadi dan tidak memberikan penilaian.
Individu ( konseli) merasakan ada orang yang mengerti masalah pribadinya, mau
mendengarkan keluhan dan curahan perasaannya. Dalam konseling berisi proses
belajar yang ditujukan agar konseli dapat mengenal diri, menerima, mengarahkan,
dan menyesuaikan diri secara realistis dalam kehidupannya di kampus ataupun
luar kampus. Konseling membantu individu agar lebih mengerti dirinya sendiri,
mampu mengeksplorasi dan memimpin diri sendiri, serta menyelesaikan tugas-tugas
kehidupannya.
2.8.2
Nasihat
Nasihat
merupakan salah satu teknik bimbingan yang dapat diberikan oleh konselor
ataupun pembimbing. Pemberian nasihat hendaknya memerhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1.
Berdasarkan masalah atau kesulitan yang dihadapi oleh
klien (individu)
2.
Diawali dengan menghimpun data yang berkaitan dengan
masalah yang dihadapi
3.
Nasihat yang diberikan bersifat alternatif yang dapat dipilih oleh individu, disertai
kemungkinan keberhasilan dan kegagalan
4.
Penentuan keputusan diserahkan kepada individu,
alternatif mana yang akan diambil, serta
5.
Hendaknya individu mau dan mampu mempertanggungjawabkan
keputusan yang diambilnya.
2.8.3
Bimbingan Kelompok
Bimbingan
kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi
kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun
aktifitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan
sosial. Bimbingan kelompok dilaksanakan tiga kelompok, yaitu :
1.
Kelompok kecil (2-6 orang)
2.
Kelompok sedang (7-12 orang)
3.
Kelompok besar (13-20 orang) ataupun kelas (20-40
orang)
Pada umumnya,
aktivitas kelompok menggunakan prinsip dan proses dinamika kelompok, seperti
dalam kegiatan diskusi, sosiodrama, bermain peran, simulasi, dan lain-lain.
Bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena selain peran individu
lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman,
rencana, dan penyelesaian masalah
2.8.4
Konseling Kelompok
Konseling
kelompok merupakan bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat
pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam
perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok bersifat pencegahan dalam
arti, bahwa individu yang bersangkutan mempunyai kemampuan normal atau
berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi memiliki beberapa kelemahan
dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang
lain. Individu dalam konseling kelompok menggunakan interaksi kelompok untuk
meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan
tertentu untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan perilaku yang
tidak tepat.
2.8.5
Belajar Bernuansa Bimbingan
Individu akan
lebih berhasil dalam belajar apabila guru/dosen menerapkan prinsip-prinsip dan
memberikan bimbingan waktu mengajar. Secara umum, bimbingan yang dapat
diberikan guru/dosen sambil mengajar adalah :
1.
Mengenal dan memahami individu secara mendalam
2.
Memberikan perlakuan dengan memerhatikan perbedaan
individual
3.
Memperlakukan individu secara manusiawi
4.
Memberi kemudahan untuk mengembangkan diri secara
optimal
5.
Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan
Suasana kelas
dan proses belajar-mengajar yang menerapkan prinsip-prinsip/bernuansa bimbingan
tampak sebagai berikut.
1.
Tercipta iklim kelas yang permisif, bebas dari
ketegangan dan menempatkan individu sebagai subjek pengajaran.
2.
Adanya arahan / orientasi agar terselenggaranya
belajar yang efektif, baik dalam bidang studi yang diajarkannya, maupun dalam
keseluruhan perkuliahan.
3.
Menerima dan memperlakukan individu sebagai individu
yang mempunyai harga diri dengan memahami kekurangan, kelebihan, dan
masalah-masalahnya.
4.
Mempersiapkan serta menyelenggarakan perkuliahan
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan individu.
5.
Membina hubungan yang dekat dengan individu, menerima
individu yang akan berkonsultasi dan meminta bantuan.
6.
Dosen/guru berusaha mempelajari dan memahami individu
untuk menemukan kekuatan, kelemahan, kebiasaan, dan kesulitan yang dihadapinya,
terutama dalam hubungannya dengan bidang studi yang diajarkannya.
7.
Memberikan bantuan kepada individu yang menghadapi
kesulitan, terutama yang berhubungan dengan bidang studi yang diajarkannya.
8.
Pemberian informasi tentang masalah pendidikan,
pengajaran, dan jabatan/karier.
9.
Memberikan bimbingan kelompok di kelas.
10. Membimbing
individu agar mengembangkan kebiasaan belajar yang baik.
11. Memberikan
layanan perbaikan bagi individu yang memerlukannya.
12. Bekerja
sama dengan dosen, wali kelas, konselor, dan tenaga pendidik lainnya dalam
memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh individu.
13. Memberikan
umpan balik atas hasil evaluasi.
14. Memberikan
pelayanan rujukan ( referal ) bagi individu yang memiliki kesulitan yang tidak
dapat diselesaikan oleh dosen sendiri.
Dari uraian di atas dapat disipulkan bahwa, ragam teknik bimbingan
terdiri dari : konseling, nasihat, bimbingan kelompok, konseling kelompok dan
belajar bernuansa bimbingan.
2.9
Mekanisme Kegiatan
Pengawasan Bimbingan Konseling di Sekolah
2.9.1
Persiapan
1. Pengawasan sekolah
a.
Pengawas sekolah mempersiapkan kegiatan pengawasan
berdasarkan program pengawasan tahunan dan caturwulan yang telah di susunnya
untuk setiap sekolah yang menjadi tanggung jawab pengawasannya.
b.
Persiapan pengawasan per sekolah difokuskan kepada :
1)
Hasil kegiatan bimbingan
2)
Kemampuan guru
3)
Sumber daya pendidikan
/ bimbingan
4)
Proses bimbingan
5)
Lingkungan sekolah
2.
Personel
sekolah
a.
Guru atau guru kelas
1)
Menyiapkan laporan
2)
Menyampaikan laporan kepada kepala sekolah secara
berkala (sebulan sekali) dan dibahas antara kepala sekolah dan guru pembimbing.
3)
Penyusunan dan penyampaian laporan tersebut kepada
kepala sekolah dikoordinasikan oleh koordinator bimbingan dan konseling.
4)
Laporan tersebut dapat dipergunakan untuk laporan
kepada pengawas sekolah.
b.
Kepala sekolah
1)
Meminta guru-guru menyusun laporan tentang kegiatan
bimbingan dan konseling beserta berbagai hal yang bersangkut paut dengan
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.
2)
Menyiapkan guru bimbingan untuk memperoleh pengawasan
dari pengawas sekolah.
3)
Meminta guru-guru lain untuk bersedia memberikan
informasi dan lain-lain tentang peranannya dalam kegiatan bimbingan dan
konseling apabila hal itu diperlukan oleh pengawas sekolah.
4)
Kunjungan pengawas sekolah ke sekolah-sekolah yang
menjadi tanggung jawabnya dapat diberitahukan atau tidak diberitahukan terlebih
dahulu kepada sekolah yang bersangkutan.
2.9.2
Pengiriman bahan- bahan
pengawasan
1.
Pengawas sekolah dapat meminta kepala sekolah yang di
awasinya untuk mengirimkan bahan-bahan yang diperlukan untuk pengawasan sekolah
itu.
2.
Hasil pengawasan berdasarkan bahan-bahan tersebut
dapat dikirimkan kepada sekolah yang bersangkutan.
3. Bahan-bahan
pengawasan tersebut dan hasil pengawasan tersebut dipergunakan dalam kunjungan
pengawas sekolah ke sekolah yang bersangkutan.
2.9.3
Kegiatan pengawas sekolah di
sekolah
Kunjungan pengawas sekolah merupakan kegiataan rutin yang
harus dilakukan sesuai dengan program yang telah disusun. Dalam kunjungan
tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan.
1.
Kunjungan pengawas sekolah dalam rangka pengawasan
disuatu sekolah adalah atas sepengetahuan pemimpin sekolah yang bersangkutan.
2.
Pemimpin sekolah memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi kelancaran dan keberhasilan kegiatan pengawasan oleh
pengawas sekolah.
3.
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh pengawas sekolah.
a.
Menerima laporan
b.
Mengamati secara langsung ruangan, perlengkapan ruang,
perlengkapan bimbingan dan konseling, dll.
c.
Menghubungi siswa-siswa secara langsung untuk
menanyakan hal-hal yang menyangkut kegiatan bimbingan dan konseling.
d.
Menyelenggarakan pengisian ataupun daftar isi yang
telah disiapkan oleh pengawas sekolah.
e.
Mendiskusikan hal-hal yang diperoleh pengawas sekolah.
4.
Kegiatan pengawas sekolah dengan pihak-pihak tertentu
disekolah
5. Pertemuan
antara pengawas sekolah dengan pihak-pihak tertentu disekolah yang bersifat
kolegial, tidak terlalu bersifat instruktif.
2.9.4
Evaluasi, analisis, dan
tindak lanjut pengawasan
Hasil kegiatan yang telah
dilakukan oleh pengawas selanjutnya dievaluasi, dianalisis, dan diberikan upaya
tindak lanjut.
1.
Pengawas sekolah mengevaluasi seluruh bahan-bahan yang
diperoleh dari sekolah yang menjadi tanggung jawabnya.
2.
Hasil evaluasi kemudian dianalisis dengan analisis
sederhana dan analisis komprehensif
3.
Hasil evaluasi dan analisis kemudian disertai dengan
tindak lanjutnya yang dikirimkan kepada pihak-pihak yang bersangkutan
disekolah, terutama pada guru atau guru kelas dan kepala sekolah.
4.
Hasil evaluasi, analisis, dan tindak lanjut pengawasan
digunakan oleh guru, koordinator, kepala sekolah,dll untuk meningkatkan
kegiatan bimbingan dan konseling disekolah yang bersangkutan.
5. Pengawas
sekolah dan personel yang menjadi subjek pengawasan disekolah perlu memiliki
persepsi yang sama tentang maksut dan tujuan, materi, dan mekanisme pengawasan
yang diselenggarakan.
2.9.5
Pengawasan berkesinambungan
dan berkelanjutan
Kegiatan pengawasan bukan sesuatu yang sekali jadi,
melainkan kegiatan yang perlu dilakukan secara berkesinambungan dan
berkelanjutan.
1.
Bahan-bahan laporan yang dipakai didalam kegiatan
pengawasan, hasil evaluasi dan analisis, upaya tindak lanjutnya serta
saran-saran lain secara langsung disampaikan pada pihak-pihak terkait.
2.
Materi, hasil, dan tindak lanjut pengawasan serta
saran-saran yang terdahulu menjadi bahan pertimbangan dalam kegiatan pengawasan
berikutnya dalam rangka pengawasan berkesinambungan dari waktu ke waktu.
a.
Bagi pengawas sekolah, materi, hasil, dan tindak
lanjut pengawasan serta saran-saran dari pengawasan terdahulu dipergunakan
sebagai dasar dan bahan pertimbangan untuk :
1)
Pelaksanaan kunjungan pengawasan ke sekolah pada
kesempatan selanjutnya
2)
Menyusun program pengawasan caturwulan per sekolah
3)
Menyusun program pengawasan sekolah tahunan tingkat
kabupaten/kotamadya.
b.
Bagi guru dan kepala sekolah, materi, hasil, dan
tindak lanjut pengawasan serta saran-saran dari pengawasan terdahulu
dipergunakan sebagai dasar dan bahan pertimbangan untuk :
1)
Mengembangkan dan meningkatkan kegiatan bimbingan dan
konseling disekolah dalam berbagai apeknya
2)
Mempersiapkan materi untuk kegiatan pengawasan
berikutnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, mekanisme kegiatan
pengawasan di sekolah adalah persiapan terdiri dari, penagwasan dan personel
sekolah; pengiriman bahan yaitu, dari sekolah ke pengawas sekolah dan dari
pengawas sekolah ke sekolah; kegiatan pengawasan di sekolah yaitu,
sepengetahuan kepala sekolah, kesempatan yang luas bagi pengawas sekolah,
berbagai kegiatan dilakukan oleh pengawas sekolah, arahan, bimbingan, contoh
dan danarasa, pertemuan kolegial; evaluasi tinda lanjut dan pengawasan
berkesinambungan dan berkelanjutan.
2.10 Strategi dan Intervensi Konseling
2.10.1
Konseling Sebagai Profesi Bantuan
konseling adalah bantuan. Profesi bantuan ini terdiri atas
profesional. Tiap-tiap profesional menyesuaikan kebutuhan khusus pribadi atau
masyarakat. Beberapa profesi bantuan diidentifikasikan sebagai profesional
bantuan, seperti psikieater, psikolog, konselor profesional, ahli terapi
keluarga dan perkawinan, serta pekerja sosial.
Proses bantuan ini mempunyai beberapa dimensi. Dimensi
pertama adalah kondisi-kondisi yang mendasari bantuan. Dimensi kedua adalah
prakondisi yang mengarahkan seseorang pribadi (klien) mencari bantuan dan
pribadi yang lain (konselor) memberi bantuan. Dimensi ketiga adalah hasil dari
interaksi diantara dua orang pribadi.
Karakteristik
klien meliputi :
1. keterampilan-keterampilan penguasaan
2. kemampuan menyelesaikan masalah
3. konsep diri
4. temperamen
5. pengalaman-pengalaman interpersonal
Orang yang memberi bantuan meliputi :
1.
psikiater
2.
psikolog
3.
pekerja sosial
4.
ulama
5.
pendeta nasrani
6.
pendeta yahudi
Konselor sekolah meliputi :
1.
sekolah dasar
2.
sekolah menengah
3.
sekolah atas
konselor sekolah dasar banyak memfokuskan pada kegiatan
kerjasama dengan staf pengajar untuk menciptakan lingkungan psikologis yang
sehat untuk anak-anak di sekolah. Konselor menengah banyak menghabiskan
waktunya dengan anal-anak, baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan
konselor sekolah atas banyak memfokuskan pada perencanaan karier dan studi di
perguruan tinggi, masalah hubungan pribadi, masalah keluarga, dan masalah
identitas pribadi.
Konseling
yang dilakukan konselor di perguruan tinggi antara lain :
1. konseling karier
2. konseling penyesuaian pribadi
3. konseling krisis
4. konseling penyalahgunaan obat
konseling dalam
setting masyarakat biasanya dilakukan oleh pekerja sosial atau konselor
kesehatan mental. Masalah yang ditangani sebagian besar perkenaan dengan
kesehatan mental. Klien yang ditangani meliputi :
1. anak-anak
2. remaja
3. orang tua
4. pasangan suami istri
5. keluarga
konseling dalam
setting agama, biasanya dilakukan oleh konselor agama. Mereka berkeyakinan,
bahwa masalah-masalah manusia harus ditelaah dalam konteks keyakinan dan nilai
agama.
Konseling profesional memiliki empat
unsur, yaitu :
1. kualitas-kualitas pribadi konselor
2. keterampilan antar pribadi yang dimiliki konselor
3. keterampilan yang membedakan dan konseptualisasi yang dimiliki
konselor
4. keterampilan intervensi yang dimiliki konselor
konselor profesional itu biasanya dididik oleh
program-program pendidikan tertinggi setingkat master. Mereka melakukan program
pelatihan dan diperkenalkan dengan berbagai profesi bantuan, setting bantuan,
populasi, dan etika profesional.
2.10.2
Hubungan Bantuan
keberhasilan dalam konseling banyak ditentukan oleh
kualitas hubungan. Rogers mengatakan, bahwa dalam hubungan terdapat kondisi-kondisi
penting untuk terjadinya perubahan kepribadian yang positif. Kondisi-kondisi
tersebut mengarah pada karakteristik hubungan antar pribadi yang konstruktif.
Kondisi-kondisi tersebut yaitu :
1. empati yang tepat
2. penghargaan positif tanpa syarat
3. keaslian
pengungkapan diri mengenai perasaan, ide, pemikiran, dan
pengalaman konselor agar klien memahami bahwa konselor juga manusia, tidak saja
berperan sebagai konselor. Pengungkapan diri ini hendaknya dilakukan secara
tepat. Terdapat beberapa jenis pengungkapan diri, yaitu :
1. pengungkapan diri tentang masalah-masalah konselor diri
2. pengungkapan diri tentang fakta-fakta peran konselor
3. pengungkapan diri tentang reaksi-reaksi diri terhadap klien
4. pengungkapan diri tentang reaksi-reaksi konselor terhadap
hubungan antara konselor dan klien
hendaknya, konselor menjadi pribadi yang intensional atau
pribadi yang berfungsi penuh, yakni mempunyai kemampuan, mampu menghasilkan
alternatif perilaku-perilaku bantuan dalam berbagai situasi, mempunyai beberapa
alternatif cara bantuan untuk memenuhi kenbutuhan-kebutuhan klien pada saat
sekarang, dan membantu mengembnagkan tujuan-tujuan konseling.
2.10.3
Attending Terhadap Klien
konselor harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan yang diperlakukan dalam proses konseling. Salah satu
keterampilan itu adalah attending. Attending terhadap klien adalah kemampuan
mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian terhadap klien. Keterampilan
attending ini berupa perilaku verbal maupun nonverbal yang tepat secara budaya
yang berfungsi melibatkan klien dalam proses konseling.
Perhatian
itu dikomunikasikan terutama melalui tiga saluran, yaitu :
1. ekspresi muka
2. posisi dan gerakan tubuh
3. responsi verbal
cara-cara
komunikasi tersebut merupakan tanda untuk klien mengenai tingkat penerimaan,
persetujuan, penolakan, atau pengabdian yang dihubungkan dengan perilaku
penguatan.
Bahasa badan muka ini meliputi :
1. kontak mata
2. anggukan kepala
3. animasi
kontak mata yang baik lebih memudahkan komunikasi antara
klien dan konselor. Anggukan kepala menunjukkan kepada klien bahwa konselor
sedang mendengarkan dan memperhatikan. Animasi adalah manipulasi otot wajah
untuk menghasilkan senyum, kerutan dahi, pengabaian dan sebagainya. Animasi
dalam ekspresi muka ini memberikan kesan kepada klien bahwa konselor itu merespon
terhadap komunikasi yang berjalan.
2.10.4
Pemahaman Pola-Pola Komunikasi
Ada beberapa pola komunikasi dalam proses konseling.
Sebagian mengambil pada komunikasi bentuk ritual, sementara yang lain mengambil
pola komunikasi responsif atau interaktif. Bagi konselor pemula, kondisi diam
dapat menjadikan kekuatan. Konselor bertanggung jawab agar klien mau berbicara.
Konselor dapat menggunakan diam itu sebagai teknik konseling dan sebagai cara
untuk merespon terhadap klien. Dalam diam inilah klien mengintegrasikan pengalaman-pengalaman
yang diperoleh dalam konseling ke dalam sistem yang ada pada dirinya.
2.10.5
Pengelolaan Kegiatan Konseling
Wawancara pertama dengan klien mempunyai dinamika khusus.
Wawancara pertama ini merupakan awal dari potensi hubungan yang signifikan. Dalam
wawancara pertama ini harapan, kekhawatiran dan keberatan, kesadaran dan
ketidaksadaran semuanya berpengaruh pada kegiatan konseling. Menghadapi kondisi
seperti ini, konselor memiliki salah satu dari dua kemungkinan, yaitu konselor
bekerja dengan dinamika hubungan yang ada atau menciptakan kegiatan awal ini
dengan wawancara yang menghasilkan dan mengumpulkan informasi yang diperlukan
tentang klien. Jika konselor memfokuskan pada dinamika antar pribadi pada
wawancara pertama, maka dalam wawancara kedua dan ketiga, konselor harus
mengumpulkan informasi. Apabila konselor menggunakan kegiatan wawancara awal
ini entuk menghasilkan informasi, maka selanjutnya harus memulai untuk memahami
dinamika hubungan.
Ada
beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan konseling awal ini, yaitu :
1. Mengurangi kecemasan klien
2. Menahan diri untuk tidak berbicara terlalu banyak
3. Mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan klien dan
berusaha untuk menata kembali kata-kata yang dijelaskan olek klien
4. Menydari bahwa yang dipillih klien itu merupakan topik utama
untuk saat ini.
Dalam membuka wawancara, konselor secara singkat
memperkenalkan diri disertai dengan senyum dan mempersilahkan klien untuk
mengambil tempat duduk. Setelah memperkenalkan diri, konselor memberikan
kesempatan pada klien untuk berbicara atau konselor memberikan informasi
kepada klien tentang struktur konseling
yang meliputi sifat, batas-batas, peran-peran dan tujuan-tujuan dalam hubungan
konseling.
Konselor pemula sering tidak yakin kapan mengakhiri
wawancara, mereka merasa siap untuk mengakhiri tanpa memikirkan apakah klien
sudah siap apa belum. Benjamin mengidentifikasikan dua faktor dasar untuk
menutup proses wawancara, yaitu :
1. Konselor dan klien menyadari bahwa wawancara sudah saatnya
ditutup.
2. Pennghentian wawancara itu dikaitkan dengan kesiapan untuk
melaksanakannya, selanjutnya tidak ada materi baru itu dilakukan pada wawancara
berikutnya manakala mempunyai waktu banyak.
Hubungan
konselor itu berakhir apabila :
1.
Kontrak konseling berakhir
2.
Tujuan klien tercapai
3.
Hubungan konseling tampak
tidak bermanfaat
4.
Kondisi-kondisi kontekstual
berubah, contohnya lokasi klien atau konselor berubah
2.10.6
Responding terhadap Isi
kognitif
Respon konselor
terhadap klien dapat berupa respon verbal dan nonverbal. Oleh sebab itu konselor ahrus mampu merespons secara tepat
isi kognitif yang dikemukakan oleh klien. Tugas konselor adalah
mengidentifikasi secara tepat jenis-jenis isi yang dikemukakan oleh klien dan
mengidentifikasi alternatif-alternatif respons yang dapat dilakukan.
Jenis respons yang dapat digunakan dari stimulus yang
menghasilkan isi kognitif adalah :
1. Diam
2. Meminimalkan aktivitas verbaal seperti kata-kata oh, mama, ya
dan sebagainya.
3. Menyatakan kembali seluruh atau sebagian apa yang
dikomunikasikan klien
4. Melakukan probing, yaitu bertanya yang memerlukan jawaban lebih
dari satu kata jawaban klien.
2.10.7
Responding terhadap Isi
Afektif
Klien menggunakan seluruh cara-cara verbal dan nonverbal
untuk menyatakan masalah pada konselor. Emosi-emosi yang menyertai
pertanyaannya menghiasi dan mengubah pesan. Isyarat-isyarat ini tidak selalu
mudah dibaca.
Komunikasi-komunikasi yang mencerminkan perasaan-perasaan
itu dapat digambarkan sebagai afektif. Banyak pesan yang berisi kognitif dan
afektif. Apabila itu terjadi, pesan afektif itu mungkin tidak tampak dalam
kata-kata klien, tetapi dapat dinyatakan melalui cara-cara nonverbal, seperti
suara yang memuncak , kecepatan berbicara, posisi-posisi tubuh dan bahasa
badan.
Perasaaan
itu dapat kita identifikasi dalam empat bidang :
1. Kasih sayang
2. Kemarahan
3. Kekhawatiran
4. Kesedihan
Perasaan kasih sayang mencerminkan positif atau
perasaan-perasaan baik tentang diri seseorang atau orang lain dan menunjukkan
perasaan-perasaan positif tentang hubungan-hubungan antar pribadi. Perasaan
positif ini dapat diklisifikasikan kedalam 5 bidang :
1. Kesenangan
2. Kemampuan
3. Kecintaan
4. Kebahagiaan
5. Harapan
Sedangkan
kremarahan sering mencerminkan perasaan-perasaan negatif tentang diri seseorang
atau orang lain. Kemarahan dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori umum, yaitu
:
1. Penyerangan
2. Keseraman
3. Pertahanan
4. Perselisihan
2.10.8
Membedakan Pesan Kognitif
dan Afektif
Terdapat beberapa respon konselor yang bermanfaat untuk
membedakan pesan kognitig atau afektif klien. Respon-respon tersebut yaitu :
1. Penekanan
2. Respon bahwa klien itu berpotensial
3. Konfrontasi
Respon konselor
terhadap isi afektif itu penting, yaitu sebagai alat untuk mengurangi kecemasan
klien yang selama ini terpelihara. Respon konselor terhadap isi kognitif
membantu klien dalam mengembangkan dan mengekspresikan proses-proses pemikiran
dalam menyelesaikan masalah dan membuat keputusan.
2.10.9
Konseptualisasi (Perumusan)
Masalah dan Penyusunan Tujuan
Konseptualisasi
masalah meliputi :
1. Mengenal kebutuhan klien
2. Memahami kebutuhan klien
3. Memenuhi kebutuhan klien
Jourard mengonseptualisasikan
kebutuhan ini dengan cara yang berguna untuk konseling, yaitu :
1. Kebutuhan untuk kelangsungan hidup
2. Kebutuhan fisik
3. Kebutuhan cinta dan seks
4. Kebutuhan status, sukses dan harga diri
5. Kebutuhan kesehatan mental dan fisik
6. Kebutuhan bebas
7. Kebutuhan menantang
8. Kebutuhan kejelasan kognitif
Proses konseling
melibatkan dua jenis tujuan yaitu tujuan proses dan tujuan akhir. Tujuan itu
dikaitkan dengan menciptakan suasana-suasana yang penting untuk perubahan
klien, seperti menciptakan hubungan baik.
Ada tiga unsur tujuan hasil akhir
yang baik, yaitu :
1. Perilaku yang diubah
2. Kondisi yang mendasari perubahan
3. Tingkat atau jumlah perubahan
2.10.10
Penyeleksian Strategi dan
Intervensi
Dalam proses konseling, koselor harus mampu menilai
perilaku dan pengaruhnya terhadap klien. Konselor harus mampu menciptakan
suasana hubungan yang memudahkan. Strategi-strategi ini merupakan
rencana-rencana kegiatan yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan khusus
konseling.
Konselor yang berpengalaman sering mendiskusikan penggunaan
strategi ini bersama klien denjgan maksud untuk memunculkan reaksi klien serta
mengundang kerjasama klien dalam intervensi. Dalam mengevaluasi strategi, ada
tiga faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu, :
1. Untuk apa evaluasi
2. Siapa yang mengevaluasi
3. Bagaimana cara megevaluasi
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa strategi dan intervensi konseling terdiri dari:
konseling sebagai profesi bantuan, hubungan bantuan, attending terhadap klien,
pemahaman pola-pola komunikasi, pengelolaan kegiatan konseling, responding
terhadap isi kognitif, responding terhadap isi afektif, membedakan pesan
kognitif dan afektif, koseptualisasi (perumusan) masalah dan penyusunan tujan,
penyeleksian strategi dan intervensi.
BAB III
PENUTUP
3.2
Simpulan
Bimbingan konseling yaitu
suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi
yang dimilikinya seoptimal mungkin secara mandiri. Konsep bimbingan meliputi :
tujuan yaitu, memberi layanan terhadap klien agar dapat mengembangkan masa
depannya; fungsi yaitu, fungsi pengembangan, fungsi penyaluran, fungsi adaptasi
dan fungsi penyesuaian; dan prinsip. Sedangkan konsep konseling meliputi
tujuannya, yaitu agar konseli mampu memahami diri dan lingkungan, mampu membuat
keputusan menyelesaikan masalah konselor.
Bimbingan
konseling memiliki tujuan untuk membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu yang dibimbing,
membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental klien, membantu mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih
efektif pada diri individu dan lingkungannya, membantu klien menanggulangi
problema hidup dan kehidupannya secara mandiri.
Bimbingan konseling juga mempunyai prinsip diantaranya
adalah, bimbingan diperuntukkan bagi semua individu, bimbingan bersifat
individualisasi, bimbingan menekankan hal yang positif, bimbingan merupakan
usaha bersama, pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam
bimbingan, bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan.
Fungsi bimbingan konseling diantaranya, fungsi pemahaman, fungsi pencegahan,
fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan pengembangan.
Pelayanan bimbingan konseling sangat diperlukan
dalam dunia pendidikan karena Perkembang IPTEK, makna dan fungsi pedidikan,
guru dan faktor psikologi.
Ragam
bimbingan konseling terdiri dari : bimbingan akademik, bimbingan sosial
pribadi, bimbingan karir, bimbingan keluarga. Ragam layanan bimbingan terdiri
dari : layanan pengumpulan data, layanan informasi, layanan penempatan, layanan
konseling, layanan referal, dan layanan evaluasi dan tindak lajut. Ragam
pendekatan bimbingan terdiri atas : pendekatan krisis, pendekatan remedial,
pendekatan preventif dan pendekatan perkembangan. Ragam teknik bimbingan
terdiri dari : konseling, nasihat, bimbingan kelompok, konseling kelompok dan
belajar bernuansa bimbingan.
Mekanisme
kegiatan pengawasan di sekolah adalah persiapan terdiri dari, penagwasan dan
personel sekolah; pengiriman bahan yaitu, dari sekolah ke pengawas sekolah dan
dari pengawas sekolah ke sekolah; kegiatan pengawasan di sekolah yaitu,
sepengetahuan kepala sekolah, kesempatan yang luas bagi pengawas sekolah,
berbagai kegiatan dilakukan oleh pengawas sekolah, arahan, bimbingan, contoh
dan danarasa, pertemuan kolegial; evaluasi tinda lanjut dan pengawasan
berkesinambungan dan berkelanjutan.
Strategi dan intervensi konseling terdiri dari: konseling
sebagai profesi bantuan, hubungan bantuan, attending terhadap klien, pemahaman
pola-pola komunikasi, pengelolaan kegiatan konseling, responding terhadap isi
kognitif, responding terhadap isi afektif, membedakan pesan kognitif dan
afektif, koseptualisasi (perumusan) masalah dan penyusunan tujan, penyeleksian
strategi dan intervensi.
3.2 Saran
3.2.1 Peserta
didik
Sebaiknya
harus melatih potensi yang dimiliki agar dapat mengembangkan potensi dan
diwujudkan dalam bentuk yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
3.2.2 Orang tua
Peran orang tua
juga sangat berpengaruh karena apabila orang tua tidak terlalu posesif terhadap
anaknya, maka akan mendorong anak untuk mandiri dan percaya diri, dan ini
merupakan kualitas untuk mendukung potensinya. Sedangkan apabila orang tua
terlalu posesif justru akan mengurangi kesempatan anak untuk mencari pengalaman
yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya.
3.2.3 Pendidik
Peran pendidik dalam bimbinagan konseling sangat
diperlukan, sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Pendidik hendaknya
senantiasa berusaha untuk menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan motivasai
siswa untuk belajar.
3.2.4 Masyarakat
Masyarakat seyogyanya mendukung adanya program layanan
bimbingan sehingga memberikan keuntungan bagi diri sendiri maupun pada kelompok
masyarakat.
3.2.5 Pemerintah
Peran pemerintah
untuk mendukung adanya layanan bimbingan konseling dengan menyediakan wadah
(sarana dan prasarana), kompetisi agar anak bangsa termotivasi untuk mengikuti
kegiatan program layanan bmbingan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Geldard, Kathryn, David, Geldard. 2011. Konseling Keluarga.
Yogyakarta :
Pustaka
Pelajar
Nurihsan, Achmad, Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling.
Bandung : PT
Refika
Aditama
Prayitno, H. 2001. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan
dan Konseling Di
Sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan
Madrasah (Berbasis
Integrasi). Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar