Senin, 25 April 2016

Tugas Resensi Filem Fredom Of Wreetren



RESENSI
FREEDOM  WRITERS


Description: D:\Downloads\Documents\Work University\logo.jpg
O
L
E
H
SUKARNO HADI
15100005

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
HAMZANWADI SELONG
2015/2016


RESENSI FILM THE FREEDOM  WRITERS
The freedom writers adalah sebuah film yang disutradari oleh Richard Lagravenes dan diproduksi oleh Paramount Pictures pada tahun 2007. Sebuah film yang diambil dari suatu kisah nyata, film ini dibuat berdasarkan buku harian murid-murid di ruang 203 Woodrow wilson high school. Film ini menceritakan tentang perjuangan seorang guru Bahasa Inggris di wilayah New port beach, Mrs. Gruwell. Ia memberikan semangat belajar pada anak-anak yang berada dikelas khusus. Mereka merupakan korban dari perkelahian antargeng rasial.
Kisah ini dimulai dari niat Erin Gruwell yang mulia, ia memberikan pendidikan yang layak kepada murid-muridnya. Niat yang mulia itu pun membuahkan hasil.Murid-muridnya menjadi penulis pada sebuah komunitas yang bernama freedom writers. Semua 150 freedom writers yang lulus dari Woodrow wilson high school, banyak diantaranya mampu melanjutkan kuliah. Freedom Writers ini banyak mengumpulkan liputan media, termasuk diantaranya adalah penampilan di "PrimeTime Live", "The View" dan "Good Morning America".
Pada tahun 1998, Gruwell meninggalkan Wilson High School untuk menjadi dosen di California State University, Long Beach.Gruwell yang kemudian melanjutkan untuk memulai Freedom Writers Foundation, bercita-cita untuk menyebarkan metode Freedom Writers di seluruh negeri. Harapannya adalah semua para calon guru bisa belajar dari pengalamannya dan menemukan cara untuk menginspirasi para siswa yang kurang beruntung lainnya, seperti apa yang dihadapinya. Freedom Writers Diary adalah sebuah buku yang ditulis oleh Erin Gruwell pada tahun 1999 yang merupakan dasar dari film 2007 "The Freedom Writers" yang dibintangi oleh Hillary Swank sebagai  Erin Gruwell, Patrick Dempsey sebagai Scott Casey (Suami Erin), Mario sebagai Andre Brion. Dan juga pemeran murid-murid di kelas Erin Gruwell merupakan sebagian besar adalah wajah-wajah baru di dunia perfilman.Mereka belum begitu dikenal baik oleh masyarakat, Amerika Serikat sendiri maupun masyarakat Indonesia.Namun, mereka berhasil membawakan peran mereka masing-masing dengan sangat baik dan meyakinkan.Freedom Writers bisa dikatakan merupakan film untuk anak-anak muda. Erin Gruwell ini telah menulis sebuah autobiografi dari pengalamannya yang berjudul "Mengajar dengan Hati: Pelajaran saya Dipetik dari Freedom Writers", yang diterbitkan sekitar waktu yang sama dengan dirilisnya film ini.

Pada 1994 Erin Gruwell mulai mengajar pada kelas ruang 203 di Woodrow  wilson high school di Long Beach, California. Dia adalah seorang guru Bahasa Inggris yang ditugaskan di antara para murid-murid dengan kemampuan terendah di sekolah, dimana murid-muridnya tersebut sangat beragam ras. Mereka terdiri dari asia, latin, kulit putih dan kulit hitam. Murid-murid itu pun sebenarnya tidak menginginkan untuk bisa sekolah, namun karena kewajiban distrik dari integrasi mengakibatkan mereka bersekolah.Sekolah Woodrow Wilson high school sendiri tadinya merupakan sekolah yang sukses. Sekolah ini banyak  melahirkan murid-murid yang berprestasi, sebelum akhirnya terjadinya kerusuhan antar ras di Amerika pada tahun 1992 tepatnya di Los Angles. Kerusuhan itu mengakibatkan kurang lebih 50 orang tewas dengan kerugian US$ 1 Billion.
Pada awal kedatangan Erin Gruwell, para murid sama sekali tidak tertarik dengan kehadirannya. Mereka sangat sentimen terhadap orang berkulit putih.Mereka menganggap bahwa Erin Gruwell tidak mengerti apapun mengenai kehidupan mereka yang keras, kehidupan yang selalu berada di bawah bayang-bayang perang. Bagi mereka, kehidupan adalah bagaimana caranya mereka ”selamat” dari kekerasan. Dimana kekerasan yang sering terjadi ini mengatas namakan “ras”.
Di saat awal ia mengajar, Erin Gruwell mengalami kesulitan dalam menyampaikan pembelajarannya karena murid-muridnya sering berkelahi di kelas dan di sekolah juga sering terjadi kerusuhan antargeng. Saat itu ia baru menyadari, perang antargeng yang terjadi di kota juga terbawa sampai ke dalam kelasnya. Di dalam kelas, murid-muridnya duduk berkelompok menurut ras masing-masing.Tak ada seorang pun yang mau duduk dikelompok ras yang berbeda.Kesalahpahaman kecil yang terjadi di dalam kelas dapat memicu perkelahian antarras.Murid-murid Erin Gruwell bukanlah murid biasa.Mereka disebut murid yang tidak dapat diajar serta tidak memiliki etika.Mereka adalah anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang penuh kekerasan.Mereka dengan ras-nya masing-masing, setiap harinya harus bertahan hidup dan mempertahankan daerahnya masing-masing.Itu merupakan tantangan tersendiri bagi Erin Gruwell untuk menghadapinya.
Keadaan didalam kelas mulai berubah.Saat suatu hari beredarnya sebuah karikatur yang menggambarkan seorang black African-American yang memiliki mulut yang tebal.Gambar itu berhubungan dengan salah satu murid yang bernama "Sharaud", yang tampaknya bertekad untuk membuat hidupnya sengsara. Ia telah dipindahkan ke Woodrow  wilson high school dari SMA-nya yang lama. Disana ia diduga mengancam gurunya dengan sebuah senapan. Gambar tersebut beredar di kelas yang kemudian pada akhirnya diketahui oleh Erin Gruwell.Ia menjadi sangat marah pada saat itu. Ia kemudian membandingkan gambar karikatur tersebut dengan gambar karikatur orang yahudi dengan hidung besarnya. Ia bercerita bahwa gambar itu beredar saat terjadi peristiwa Holocaust/sjoa. Namun pada saat ditanya apa yang dimaksud Holocaust, ternyata hanya satu murid yang tahu mengenai apa Holocaust itu (cowok berkulit putih). Berbeda saat ketika mereka ditanya, apakah mereka pernah di tembak?hampir seluruh murid-muridnya mengacungkan tangan keatas. Akhirnya dari kejadian itu, Erin Gruwell mengubah caranya mengajar dengan mulai mendekati muridnya dan mengajarkan pada mereka mengenai toleransi.
Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh Erin Gruwell.Mulai dari pihak sekolah yang rasis, mereka tidak mendukung kreatifitas Erin Gruwell dalam sistem mengajarnya.Hingga disusul oleh pihak suami dan ayahnya. Agar diterima oleh murid-muridnya, Erin Gruwell mencari cara untuk melakukan pendekatan dan metode pengajaran yang tepat. Demi murid-muridnya inilah, Erin Gruwell sampai memiliki 3 profesi selain menjadi guru, demi mencari tambahan untuk mengajar murid-muridnya di akhir pekan. Namun, sejak Erin Gruwell disibukkan dengan pendekatan terhadap murid-murid didiknya dan bekerja paruh waktu, timbul masalah baru, ia diceraikan oleh suaminya. Hingga pada akhirnya, ayahnya yang semula tidak mendukung, berbalik mendukung pekerjaan Erin Gruwell ini.
Pihak sekolah juga melakukan diskriminasi.Mereka melakukan seperti pemisahan kelas dan juga perbedaan fasilitas yang kentara antara ras kulit putih dan ras-ras lainnya.Hal itu membuat Erin Gruwell sedih. Erin Gruwell jadi paham dengan kondisi murid-muridnya,  mereka selalu berkelompok dengan ras mereka masing-masing. Akhirnya ia menemukan cara untuk “menjangkau” kehidupan murid-muridnya dengan memberikan sebuah  jurnal harian dan meminta mereka untuk mengisi jurnal tersebut setiap harinya. Erin Gruwell menginginkan murid-muridnya menulis setiap kejadian yang terjadi didalam hidup mereka. Mereka bisa menulis tentang apa saja. Mereka dapat menulis apa yang menjadi kesukaan atau pun kebencian. Mereka bisa menulis lagu, puisi, cerita atau apa saja, yang penting mereka harus menulis setiap hari. Tulisan tersebut bukanlah suatu sistem penilaian, karena menurut Erin Gruwell kebenaran itu tidak dapat dinilai dari apa yang mereka tulis. Dan jika murid-muridnya menginginkan tulisannya dibaca oleh Erin Gruwell, mereka dapat meninggalkan buku hariannya di sebuah lemari dibelakang kelas. Lemari itu akan selalu dibuka pada saat pelajaran berlangsung dan setelah kelas selesai akan dikunci. Erin Gruwell memastikan tidak akan ada yang bisa membaca tulisan mereka selain dirinya sendiri. Dan ternyata, seluruh muridnya, meninggalkan buku harian mereka untuk bisa dibaca Erin Gruwell.Ia pun mulai membacanya satu persatu. Dan tulisan murid-muridnya tersebut membuat Erin Gruwell terkejut, karena ternyata murid-muridnya setiap hari harus berlarian untuk bertahan hidup dan melawan maut yang senantiasa mengintai mereka.
Dari kecil mereka sudah terbiasa melihat dan mengalami kekerasan akibat perang rasial yang terjadi disekitar lingkungannya.Erin Gruwell sangat terharu, mengetahui betapa keras kehidupan murid-muridnya. Sejak membaca jurnal harian mengenai kehidupan mereka yang keras itu, Erin semakin bersemangat untuk mengubah kehidupan murid-muridnya, serta menghapus batas tak terlihat yang secara kultur memisahkan mereka dengan cara-cara yang mengagumkan. Dari buku-buku harian itu, Erin paham bahwa dia harus membuat para muridnya sadar, bahwa perang antargeng yang mereka alami bukanlah segalanya didunia. Melalui cara mengajarnya yang unik, dia berusaha membuat para muridnya sadar bahwa dengan pendidikan, mereka dapat mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pihak sekolah juga mendiskriminasikan fasilitas buku.Erin yang pada saat itu ingin meminjam buku-buku diperpustakaan untuk murid-muridnya, tidak mendapatkan izin dari pihak sekolah.Alasan yang diberikan oleh pihak sekolah pun tidak masuk akal. Mereka takut jika memberikan izin, buku-buku itu hanya akan dirusak ditangan murid-murid Erin. Namun  Erin Guwell tidak mudah menyerah, ia membelikan buku-buku baru tentang kehidupan geng yang lekat dengan keseharian mereka. Ia mendapatkan uang dari kerja sampingannya. Setiap muridnya  mendapatkan buku The Diary of Anne Frank dan Zlata’s Diary : A Child’s Life in Sarajevo. Anne Frank adalah seorang gadis remaja yang merupakan korban Holocaust, Anne menuliskan setiap kejadian dalam hidupnya disebuah diary.Anne Frank dan keluarganya sampai mengungsi ke Amsterdam Belanda, mereka menghindari kejaran dari Nazi Jerman.Peristiwa yang terjadi adalah pembantaian terhadap kelompok Yahudi di Eropa.Peristiwa ini merupakan perang dunia II oleh Nazi Jerman.Begitu pun juga dengan Zlata.Ia juga harus berjibaku dengan kekerasan di sekelilingnya. Buku-buku yang digunakan Erin Gruwell untuk mendidik murid-muridnya dalam film ini, semuanya merupakan buku yang benar-benar ada. Erin memberikan buku-buku itu pada murid-muridnya supaya mereka dapat belajar. Erin mengajarkan bahwa ada banyak orang lain dibelahan bumi ini, mengalami hal yang sama bahkan lebih kejam daripada apa yang pada saat ini mereka hadapi.
Erin juga membawa murid-muridnya mengunjungi Museum Toleransi. Disana murid-muridnya belajar mengenai toleransi, hal ini  berkaitan hidup dengan mereka yaitu beraneka ragam suku, agama dan juga ras. Pada saat masuk setiap orang akan diberikan sebuah foto anak kecil dan saat keluar dari museum, mereka akan mengetahui apakah anak tersebut selamat atau mati.

Suatu hari murid-murid Erin Gruwell menginginkan untuk bisa menghadirkan Miep Gies.Ia adalah seorang wanita yang memberikan perlindungan kepada keluarga Anne Frank semasa perang dunia II dari kejaran Nazi Jerman. Miep Gies masih hidup dan tinggal di Amsterdam Belanda. Untuk mendatangkan Miep Gies dari Belanda ke Amerika, murid-muridnya mengumpulkan dana dengan membuat bazaar di sekolahnya. Akhirnya akibat usaha keras murid-muridnya, Miep Gies pun dapat datang ke Amerika. Sebelum mendatangkan Miep Gies, Erin Gruwell telah menugaskan murid-muridnya untuk menulis surat ke Miep Gies. Surat-surat dari murid-muridnya itupun telah dikirimkan Erin dan telah di baca oleh Miep Gies, sebelum ia datang ke Amerika. Murid-muridnya akhirnya bisa bertemu langsung, berdialog dan sharing dengan wanita itu.Apa yang dilakukan Erin sangatlah mengagumkan. Namun sayang, peraturan disekolah mengakibatkan Murid-murid Erin terpisah pada kelas selanjutnya. Keinginan untuk terus diajar olehnya sang guru ditentang oleh pihak sekolah, karena Erin Gruwell dianggap masih guru baru. Namun karena perjuangannya yang gigih, akhirnya Erin Gruwell bisa mengajar murid-muridnya sampai akhir.
Erin Gruwell mengadakan suatu proyek.Murid-muridnya diminta untuk menuliskan isi dari diary mereka ke komputer. Tulisan itu akan di jadikan sebuah buku dan diterbitkan. “Murid-murid Erin” menyebut diri mereka adalah Freedom Writers.Bahwa dengan menulis, mereka bisa merubah diri mereka sendiri, keluarga dan lingkungan mereka, bahkan bisa merubah dunia. Bersama Erin, mereka akhirnya membentuk sebuah yayasan bernama Freedom Writers Foundation. Yayasan itu bergerak untuk memberikan metode pembelajaran yang lebih baik di sekolah berdasarkan toleransi. Dari diary murid-murid ruang 203 itulah lahir buku The Freedom Writers’s Diary dan film Freedom Writers. 
Ketika saya selesai melihat film ini, saya teringat akan film detektif conan yang mungkin sudah 2 bulan yang lalu (selang dari beberapa waktu saya menulis ini). Untuk perinchian alur cerita dan tokoh yang ada, saya lupa akan hal itu. Saya menontonnya pun karena suatu kesengajaan.Cerita yang saya ingat yaitu dimulai dari seorang guru perempuan yang memberikan sebuah teka-teki. Teka-teki tersebut harus dipecahkan oleh seluruh anak-anak yang berada dikelas tersebut, tak terkecuali Conan dan ketiga teman akrabnya, si manis, si tomboy dan si gendut (panggil saja seperti itu). Saya tidak terlalu ingat bagaimana proses mereka dalam memecahkan teka-teki itu. Namun sang detektif Conan pada waktu itu mendapat panggilan dari guru untuk keruang kantor. Tetapi Conan masih menyempatkan memberitahu kepada tiga teman akrabnya, bahwa teka-teki tersebut terdiri dari nama keluarga anak-anak dikelas itu. Dan mulai disini saya merasa ada sedikit kesamaan,  proses penyatuan anak-anak tersebut dengan anak didiknya Erin Gruwell, serta dengan caranya yang unik.
Disini guru perempuan itu mencoba untuk membuat dua anak kelasnya tersebut dapat dikenal kembali oleh kawan-kawannya.Mereka adalah seorang anak perempuan dengan dialek daerah asalnya yang berbeda dan seorang anak laki-laki yang mengalami kecelakaan sehingga jarang terlihat dikelas. Pada proses pemecahan teka-teki yang diberikan oleh guru perempuan itu, kedua anak ini berhasil ikut andil dalam penyelesaiannya. Dan hal yang paling saya ingat dari salah satu episode film detektif Conan ini adalah apa yang disampaikan Conan dipengujung akhir film. Conan berkata bahwa dia merasa sangat bangga kepada gurunya tersebut.Caranya dalam menyatukan kedua anak tadi, untuk dapat kembali akrab dengan anak-anak yang lainnya benar-benar mengagumkan. Ceritanya mungkin sedikit berbeda, namun maksud dari perbuatan kedua guru ini sama yaitu membuat anak didiknya bersatu, dekat satu dengan yang lainnya.
Peran guru sangatlah penting dalam kehidupan seorang anak.Banyak anak-anak yang menempatkan guru sebagai orang tua kedua setelah ayah dan ibu mereka.Maka dapat disimpulkan, bahwa “The Freedom writers” adalah sebuah film yang merupakan upaya pendekatan seorang guru kepada murid-murid didiknya melalui tulisan sebagai media pembelajaran.Pentingnya upaya dalam memberikan pendidikan yang tepat bagi anak-anak sangat berpengaruh. Upaya pendekatan yang dilakukan Erin tersebut berhasil, karena  jurnalharian yang ia berikan dapat membuatnya dekat dengan murid-muridnya. “The Freedom Writers” ini memiliki alur cerita yang mudah dipahami dan juga dialognya yang mudah dimengerti.Permasalahan-permasalah remaja yang ditampilkan didalamnya pun juga cukup dekat dengan permasalah remaja pada umumnya.Diantaranya yaitu pencarian jati diri dan segala pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan untuk mengukuh-kan eksistensi diri.Semua itu dibungkus dalam pemasalahan perang antargeng.Fakta menarik dari film ini salah satunya, ada pada adegan saat murid-murid Erin bertemu dengan orang-orang korban Holocaust.Yang berperan menjadi korban Holocaust benar-benar korban Holocaust sendiri. Sutradara Richard Lagravenese tak perlu susah payah untuk mengarahkan aktor dan aktris (pemeran murid-murid Erin), untuk dapat terlihat tercengang saat mendengar cerita para korban Holocaust itu. Para aktor dan aktris tersebut benar-benar tercengang mendengar cerita para korban Holocaust. Di tengah-tengah maraknya film remaja yang ceritanya tidak jauh-jauh dari cerita cinta, komedi atau horor, Freedom Writers bisa menjadi pilihan bagi anak muda yang tidak sekedar ingin mencari hiburan semata, namun dapat juga mengambil  banyak pembelajaran tertentu dari film tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

http://The Journal of Miktam Lilo's Father  March 2011.html diunduh pada tanggal 10/1/2014 9:25 am
http://THE FREEDOM WRITERS~Delapan Maret.html diunduh pada tanggal 10/1/2014 7:52 am
http://Sinopsis Film Freedom Writers_Perkuliahan.com.html diunduh pada tanggal 10/1/2014 9:23 am
http://THE FREEDOM WRITERS DIARY (Pentingnya menemukan cara mendidik yang tepat untuk masing-masing anak dan sekolah yang tepat baginya) - Google Grup.htm#!overview diunduh pada tanggal 10/1/2014 9:19 am
http://tanayasyifa  Sinopsis The Freedom Writers.html diunduh pada tanggal 10/1/2014 9:26 am


Tidak ada komentar:

Posting Komentar